Zat Aditif Kurangi Dampak Negatif Gasoline
TEKNOLOGI

Zat Aditif Kurangi Dampak Negatif Gasoline

Kebutuhan gasoline di Indonesia yang sangat tinggi mendorong Rendra Panca Anugraha untuk mengembangkan aplikasi dimetil dan dietil karbon dalam disertasi doktoralnya.

Berkat penelitiannya tersebut, Rendra berhasil meraih gelar doktor di usia 24 tahun ini dan diwisuda dari Program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Minggu (17/3) lalu.

Dalam disertasi tersebut, diungkapkan bahwa tingginya penggunaan gasoline di Indonesia saat ini bisa menimbulkan berbagai masalah yang buruk bagi lingkungan sekitar.

Penelitian yang dilakukan oleh Rendra dengan dipromotori oleh Prof Dr Ir Gede Wibawa M Eng dan Prof Dr Ir Ali Altway MS ini, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari penggunaan gasoline tersebut.

Rendra menjelaskan, untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan gasoline, diperlukan zat aditif (tambahan) yang berfungsi untuk meningkatkan performa pembakaran. Cara ini dilakukan, sehingga emisi dari gas buang lebih ramah dan menurunkan emisi penguapan gasoline.

“Hingga saat ini, telah digunakan beberapa zat aditif seperti Tetraethyl Lead (TEL), Methyl Tert-Buthyl Ether (METB), dan lain sebagainya yang memiliki dampak buruk terhadap lingkungan karena sifatnya toksik, timbal, dan mudah menguap,” tutur pria yang juga lulusan sarjana dari Departemen Teknik Kimia ITS ini.

Ia melanjutkan, dimetil karbonat (DMC) dan dietil karbonat (DEC) sebagai green chemical dapat digunakan sebagai alternatif zat aditif gasoline untuk meningkatkan performa pembakaran dengan tetap menjaga kualitas gasoline.

Penambahan senyawa aditif oxygenate (etanol, DMC, dan DEC) juga memberikan dampak signifikan untuk menurunkan tekanan uap di seluruh tipe campuran hidrokarbon.

“Saat ini, DMC mulai menjadi perhatian khusus yang digunakan sebagai zat aditif bahan bakar, karena sifatnya yang tidak beracun, ramah lingkungan, dan biodegradable,” tutur pemuda kelahiran Bondowoso, 25 November 1994 ini.

Rendra menuturkan, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji coba pada motor Honda CB150R dengan putaran dan campuran bahan bakar yang bervariasi. Mesin motor dihubungkan dengan fuel burette yang dikombinasikan dengan stopwatch, digital manometer, dan water brake dynamometer.

“Cara ini dilakukan untuk mengukur konsumsi bahan bakar dengan akurasi 0,01 detik, mengukur gas emisi buang, dan mengatur kecepatan mesin,” ujar peraih IPK 3,95 ini.

Dikatakan Rendra, pada penelitian ini, penambahan zat aditif menghasilkan penurunan kadar emisi karbon monoksida (CO) yang signifikan pada gas buang, akibat pembakaran yang tidak sempurna.

Penambahan DEC dan DMC pada hidrokarbon juga memberikan reduksi emisi hidrokarbon (HC) yang signifikan. “Zat aditif yang memiliki gugus oksigen dapat meningkatkan kandungan oksigen pada kondisi pembakaran, hal ini menyebabkan pembakaran yang lebih sempurna,” terangnya.

Rendra menyimpulkan DEC merupakan zat aditif terbaik dalam hal kelarutan air. Dengan mencampurkan DMC dan DEC pada bahan bakar pertamax memberi hasil lebih baik dibandingkan tanpa aditif.

“Campuran bahan bakar optimum adalah campuran pertamax dengan penambahan DEC 10 persen volume (DEC 10, red),” jelasnya lagi.

Rendra melanjutkan, DEC sukses menurunkan tekanan uap dalam campuran beberapa hidrokarbon (iso oktana, n-heptana, dan toluena). Penambahan 20 persen DEC menurunkan tekanan uap 1,5 kPa.

“Ini merupakan teknologi yang sangat mudah, namun masih belum ada pihak yang mengomersialkan, sehingga harganya masih relatif mahal,” pungkasnya. (ist)