Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dan jajarannya datang ke Surabaya dan belajar tentang pengelolaan kampung tematik yang menyebar di Kota Surabaya dan naturalisasi sungai.
Bima Arya beserta jajarannya, kepala dinas, camat dan lurah diterima Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di ruang sidang Wali Kota Surabaya, Rabu (12/12).
Wali Kota Risma menyampaikan bahwa kampung tematik di Kota Surabaya memang sengaja dirawat. Bahkan, sudah menyebar di berbagai kampung di Surabaya.
“Yang paling penting adalah menumbuhkan kesadaran warga untuk sama-sama menjaga dan peduli pada kampungnya,” kata Risma saat pertemuan itu.
Risma juga menjelaskan tidak ada hari tanpa mengeruk sungai, sehingga lama kelamaan sungai itu bersih dengan sendirinya. Ia juga mengaku memulai pengerukan itu dengan hanya dua alat berat, tapi sekarang sudah puluhan alat berat yang setiap hari bekerja mengeruk sungai dan saluran.
“Jadi, tiap hari alat berat itu mengeruk, kemudian hasil kerukannya itu digunakan untuk membangun taman dan pemakaman di Surabaya,” kata dia.
Risma menyebutkan bahwa hingga saat ini pengerukan sungai dan saluran sudah mencapai 2.865.002 meter persegi. Bahkan, saat ini Pemkot Surabaya sudah tidak ada lagi anggaran untuk membeli tanah urugan. “Melalui cara ini, Alhamdulillah kita bisa menghemat sebesar Rp 14 miliar untuk urugan,” tegasnya.
Juga dipaparkan banyak hal tentang cara penertiban PKL dan pemberdayaan warga. Bahkan, pada kesempatan itu pula, Risma mengajak Bima Arya memasuki ruang kerjanya yang terpajang ratusan monitor CCTV. Saat itu, ia menjelaskan bagaimana mengontrol Kota Surabaya dari ruang kerjanya itu, mulai keamanan, pompa air dan arus lalu lintas.
Saat di ruang kerjanya itu, Risma juga menyarankan kepada Bima untuk membuat system pendeteksi angin dan hujan. Apalagi, Bogor saat ini tengah diterpa musibah angin putting beliung, sehingga cocok untuk menerapkan system itu.
“Saya sarankan Pak Bima untuk membuat ini dulu, karena ini sangat penting menurut saya di Bogor,” kata dia.
Sistem itu merupakan pendeteksi angin dan hujan yang nyambung dengan sistemnya BMKG. Melalui sistem itu, pergerakan angin dan lokasi-lokasi yang hujan bisa diketahui dengan terdeteksi.
Sementara Bima Arya menerima masukan Risma itu. Ia juga sangat tertarik mengadopsinya untuk dibawa ke Bogor.
“Jadi Bu Risma itu tahu apa yang dibutuhkan Bogor sekarang. Apalagi kita baru saja mengalami angin puting beliung. Memang tidak bisa dihindarkan, tapi kita bisa mengantasipasi itu dengan cara tanda-tanda alamnya. Bu Risma punya itu, kita akan minta itu untuk diaplikasikan nanti di Bogor,” kata Bima seusai pertemusan.
Menurutnya, yang paling penting sudah ada sistemnya, sehingga selanjutnya tinggal bekerjasama dengan instansi terkait (BMKG) dan stafnya bisa membaca system itu.
Selama ini, kata dia, kalau cuaca belum sampai secanggih itu, karena selama ini hanya mendapatkan informasi dari BMKG, dan itu prosesnya agak lama.
“Rencananya, system itu akan kami terapkan juga di Bogor, sehingga angin putting beliung bisa dibaca tanda-tanda alamnya secara cepat,” tegasnya.
Ia juga mengaku banyak sekali yang bisa diambil dari kunjungan itu. Bahkan, saran-sarannya juga sangat banyak didapatkan dari pertemuan itu, termasuk penertiban PKL, pemberdayaan ekonomi warga dan pelayanan publik.
“Banyak tadi saran-saran dari Bu Risma, bahkan yang sangat teknis sekali. Saya ucapkan terimakasih banyak kepada Bu Risma karena saran-sarannya sangat aplikable untuk diterapkan di lapangan,” pungkasnya. (ita)