Pemkot Surabaya segera membuka kembali Museum Surabaya yang berada di dalam Mal Pelayanan Publik (MPP) Siola lantai 1. Kini Museum Surabaya hadir dengan wajah baru, dengan mengisahkan perjalanan Kota Surabaya melalui gambar-gambar visual yang menarik.
Nantinya, pelancong bisa mengenal awal mula Surabaya sejak zaman kerajaan. Selanjutnya, para wisatawan akan diajak mengenal sistem pemerintah Kota Surabaya di era Hindia Belanda, serta saat dibawah kepemimpinan militer Jepang.
Ada pula penjelasan mengenai bentuk dan tata Kota Surabaya, transformasi Surabaya menjadi kota pelabuhan, sistem komunikasi hingga pemerintahan di Surabaya, lini masa moda transportasi, ekonomi dan mata uang, hingga sosio dan kultur budaya di Surabaya.
Sebelum dibuka pada akhir Juli 2024, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pun telah berkeliling Museum Surabaya. Ia ingin memastikan seluruh sudut dan koleksi Museum Surabaya sebelum dibuka untuk umum. Dia juga memberikan sedikit catatan penambahan koleksi, maupun perbaikan tata letak koleksi museum.
“Saya ingin anak-anak Surabaya ketika masuk museum ini mereka tahu masa kerajaan seperti apa, masa Belanda seperti apa, Jepang seperti apa. Ada cerita tentang terjadinya Surabaya karena ada kerajaan Demak sampai Hujung Galuh, lalu bercerita kapan terbentuknya Surabaya,” kata Eri Cahyadi, Kamis (25/07).
Setelah itu, lanjut Eri Museum Surabaya mengisahkan Surabaya saat berada di masa pra kolonial Hindia Belanda, lalu masuk pada kisah kolonial Hindia Belanda, beranjak ke era pendudukan Jepang, tentara sekutu hingga perobekan bendera di Hotel Majapahit. “Lalu setelah Indonesia lepas dari sekutu seperti apa? Di situ alat transportasinya tempo dulu seperti apa?,” imbuhnya.
Ketika sudah melewati kisah panjang Kota Pahlawan, wisatawan akan dikenalkan pada setiap masa kepemimpinan setiap Wali Kota Surabaya, dan kebijakan maupun pembangunan yang dibuat oleh setiap Walikota di Kota Pahlawan.
“Kebanggaan kita adalah ketika Ir. Soekarno lahir di Kota Surabaya. Maka saya ingin patung Ir. Soekarno lebih besar, patung beliau ketika berdiri. Kisah tentang kelahiran, bersekolah, indekos di rumah HOS Tjokroaminoto, hasil perjuangan beliau munculah perubahan-perubahan hingga munculah Walikota terbaru,” terangnya.
Dengan demikian, para pelancong yang berkunjung di Museum Surabaya dapat mengetahui bentuk dan tata kelola Kota Pahlawan. Sebab, menurutnya, kebijakan dan pembangunan yang dibuat oleh setiap Walikota haruslah berkelanjutan. “Jadi tahu setiap era kepemimpinan Walikota ini membangun ini, lalu Walikota ini membangun ini. Karena karakter setiap Walikota berbeda-beda,” ujarnya.
Selain itu, ada pula kisah tentang musisi-musisi yang membesarkan nama Kota Surabaya, yakni Gombloh hingga musisi yang terkenal di era saat ini. Lalu pada bagian sosio dan budaya, memperkenalkan seniman kesenian Ludruk yakni Kartolo.
“Jadi ketika anak-anak Surabaya masuk ke museum ini mereka punya semangat untuk membawa nama Surabaya ke tingkat nasional dan dunia. Sehingga nama-nama yang bisa menembus dunia akan terpatri di sini. Sehingga ketika ada nama baru akan terus bertambah,” jelanya.
Eri mengaku bahwa Museum Surabaya masih terdapat sedikit perbaikan dan penambahan. Ia pun meminta jajaran Pemkot Surabaya untuk melakukan rapat koordinasi mengenai hasil masukan dan evaluasi setelah mengelilingi Museum Surabaya.
“Karena ada masukan untuk menambahkan speaker tapi kalau berbenturan dengan ruang sebelah bagaimana? Ini akan kita atur, kita rapatkan lagi perbaikan, semoga akhir Juli bisa beroperasi. Museum ini akan buka dari pagi sampai malam,” pungkasnya. (ita)