Menjawab segala pertanyaan kepala sekolah dan guru seputar informasi masuk di Universitas Airlangga, Rektor UNAIR Prof Moh Nasih mengundang kepala sekolah SMA sederajat se Jawa Timur.
Acara tahunan bertajuk Sosialisasi SNMPTN dan SBMPTN itu berlangsung sangat antusias, mengingat sosialisasi ini dihadiri oleh 310 kepala sekolah di Jawa Timur.
Sosialisasi berlangsung Senin (11/02) bertempat di Aula Garuda Mukti Kantor Manajemen Universitas Airlangga. Berikut informasi seputar SNMPTN, SBMPTN, dan Mandiri yang disampaikan oleh Rektor UNAIR.
Tahun 2019 ini ada sedikit penambahan daya tampung mahasiswa di UNAIR. Jika tahun 2018 lalu untuk jalur S1 UNAIR menerima sebanyak 5125 mahasiswa, tahun 2019 ini UNAIR menerima sejumlah 5485 mahasiswa.
Klasifikasinya, jalur SNMPTN sebanyak 1650, jalur SBMPTN sebanyak 2195, dan 1640 lainnya untuk jalur Mandiri. Program studi S1 yang mengalami kenaikan kuota yaitu dari Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Fakultas Hukum, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan beberapa prodi teknik.
Komponen penilaian SBMPTN adalah berasal dari indeks siswa dan indeks sekolah. Dari indeks sekolah tersebut, ditentukan daya tampung untuk setiap program studi. Sementara untuk indeks siswa, sepenuhnya dihitung oleh penilaian panitia pusat, dalam hal ini Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT).
Yang dinilai pertama untuk jalur SBMPTN adalah indeks sekolah. Yakni hasil ujian tulis yang berasal dari SMA masing-masing. Sehingga, nilai SBMPTN siswa masing-masing sekolah sangat mempengaruhi indeks sekolah.
Meskipun nilai siswa yang bersangkutan tinggi, tetapi tidak masuk dalam batasan tertentu untuk sekolahnya, bisa jadi siswa tersebut tidak diterima.
Siswa yang memiliki prestasi luar biasa khususnya bidang sains, misalnya olimpiade, agar dicantumkan saat pendaftaran. Sebab, prestasi akademik siswa berbentuk sertifikat tersebut akan menjadi bahan pertimbangan UNAIR.
Pada jalur SBMPTN, wawasan kebangsaan siswa yang bersangkutan akan menjadi bahan pertimbangan penilaian. Wawasan kebangsaan ini dinilai dari esai yang dibuat oleh siswa bersangkutan.
Rektor mengatakan, esai ini dalam rangka menjaring terkait masalah ideologi, termasuk wawasan kebangsaan siswa bersangkutan. Sebab yang akan masuk perguruan tinggi harapannya bermanfaat sebaik-baiknya untuk Indonesia.
Artinya, tidak selalu yang nilainya baik, pasti akan diterima. Penilaian esai dilakukan oleh masing-masing perguruan tinggi.
Ditegaskan Rektor bahwa UNAIR menerima bukan hanya mahasiswa yang otaknya cerdas, namun juga hatinya kepada NKRI. “Sehingga nilai wawasan kebangsaan akan kita pertimbangkan,” terang Rektor.
Untuk pendaftar dari Tahfidz atau penghafal al-quran tidak secara otomatis akan diterima. Kemampuan akademik tetap menjadi pertimbangan.
Untuk siswa yang telah diterima SNMPTN maupun SBMPTN namun tidak melakukan daftar ulang dan tidak melakukan konfirmasi kepada UNAIR, akan berpengaruh terhadap kredibilitas sekolah.
Evaluasi pendidikan mahasiswa yang telah menempuh studi di UNAIR dilakukan tidak lagi dua tahun pertama, tapi setahun pertama. Kalau dalam waktu 1 tahun Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa yang telah diterima di UNAIR tidak mencapai 1,00, secara langsung mahasiswa bersangkutan dicoret sebagai mahasiswa UNAIR. “Untuk jalur SNMPTN, rapor yang dinilai adalah sejak semester 1 sampai semester 5,” ujar Prof Nasih.
UNAIR menerima mahasiswa Bidikmisi untuk semua program studi, kecuali Kedokteran Gigi. “Usai sosialisasi ini harapan kawan-kawan di sekolah, khususnya kepala sekolah dan guru, paham benar bagaimana mekanisme masuk/diterima di UNAIR, sehingga nanti hasilnya (pendaftaran, Red) bisa dipahami. Sebab selama ini masih banyak pertanyaan dari sekolah,” terang rektor.
“Kami ingin semua berjalan dengan fair, yang baik dan terbaik pasti masuk. Kami berharap kawan-kawan di sekolah bisa mengatur strategi untuk mendorong siswa agar bisa memenuhi harapannya,” tambahnya. (ita)