Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menegaskan bahwa penurunan investasi di subsektor migas di Indonesia merupakan dampak dari tren global. Arcandra menanggapi atas nilai investasi pada capaian kinerja semester awal tahun 2017 di subsektor migas sebesar 4,8 miliar USD.
“Apakah invetasi menurun di sektor migas menurun? Ini data, investasi energi di dunia itu turun 12%. Untuk oil and gas itu sekitar 25% Indonesia turunnya sekitar 26 sampai 27%. Kita rata-rata dunia,” ungkap Arcandra saat memberikan sambutan dalam Penandatanganan Head of Agreement (HoA) Pasokan Gas Lapangan Jambaran Tiung-Biru antara PT Pertamina dan PT PLN di Gedung Sekretariat Kementerian ESDM, Jakarta.
Arcandra sekaligus menepis anggapan bahwa munculnya skema gross split bukan menjadi faktor utama atas anjloknya invetasi hulu migas. Arcandra optimis bahwa skema gross split justru menarik minat para kontraktor.
“Tahun lalu WK (Wilayah Kerja) yang kita tawarkan hampir gak ada satupun yang menjadi tanda tangan. Tahun lalu itu bukan gross split, baru tahun ini,” jelasnya.
Hal ini dibuktikan melalui penjelasan Direktur Jenderal Migas Ego Syahrial tentang respon positif dari para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) mengenai skema gross split.
“Sekarang, dengan sistem gross split yang kita keluarkan, sudah ada 15 (bid dokumen) dari kontraktor yang merespon positif. Jadi sudah ada yang mengambil dokumen,” ungkap Ego.
Arcandra juga menekankan penurunan nilai investasi tidak selalu berdampak negatif bagi iklim investasi. Perusahaan melakukan efisiensi modal dengan tetap menjaga produksi migas.
“Ada beberapa Capex (belanja modal) yang kita turunkan. Jadi, jangan melihat investasi ini besaran saja, tapi melihat outputnya seperti apa,” tegas Arcandra. (sak)