Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pemerintah tidak ingin Indonesia bergantung pada energi fosil seperti batubara.
“Kita juga telah memulai tahun yang lalu yang namanya Pembangkit Listrik Tenaga Bayu, Pembangkit Listrik Tenaga Angin sudah kita mulai di Sidrap Sulawesi Selatan, di Jeneponto Sulawesi, sudah dimulai,” ujar Presiden saat acara Peresmian PLTU Cilacap Ekspansi 1 x 660 MW, di Karangkandri, Cilacap, Jawa Tengah, Senin (25/2).
Jikalau mau ke Sidrap, Jeneponto, sambung Presiden, itu sudah kayak di Belanda, ada kincir besar-besar, berputar-putar di atas bukit itu dan besar sekali.
“Dan, ini akan kita lanjutkan di tempat-tempat yang lain yang anginnya besar, yang anginnya besar,” tambah Presiden ke-7 Republik Indonesia.
Pemerintah, lanjut Presiden, juga ingin mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air karena Indonesia memiliki sungai yang sangat banyak sekali, banyak sekali.
“Oleh sebab itu, ini perlu kita manfaatkan ke depannya agar kita tidak ketergantungan kepada batubara, enggak apa-apa batubara juga masih pakai, tapi kita harus mulai melihat visi ke depan 100 tahun, visi ke depan 50 tahun yang akan datang,” jelasnya.
Nantinya, lanjut Presiden, negara-negara lain juga bingung, meski tidak punya bahan baku untuk Pembangkit Listrik Batubara atau minyak, Indonesia masih memiliki angin yang enggak akan habis. “Kita masih memiliki air, sungai yang juga tidak akan habis,” terangnya.
Inilah visi ke depan, menurut Presiden, untuk tidak ingin ketergantungan terus pada energi fosil.
“Saya sangat menghargai Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang ada di Cilacap ini, besar ini, 660 megawatt. Ini sebuah jumlah yang sangat besar sekali, sehingga menambah supply listrik kita, terutama yang ada di Jawa, baik itu untuk industri maupun untuk kekurangan yang ada di rumah tangga,” papar Presiden.
Oleh sebab itu, tambah Presiden, masih ada sisa 1.000 megawatt yang juga akan diselesaikan nanti akhir tahun ini. “Tadi bisik-bisik Pak Dirut ke saya, ‘Pak ini kelihatannya bisa maju 1 tahun’, harusnya 2020, tahun 2020, tapi akhir tahun ini insyaallah juga yang 1.000 juga akan bisa kita selesaikan,” ujarnya.
Jokowi juga menyampaikan bahwa listrik bukan hanya untuk kepentingan ekonomi atau industri saja namun juga di desa-desa terpencil sangat berguna untuk penerangan bagi para pelajar yang belajar di malam hari.
“Industri rumah tangga yang ada di desa-desa juga bisa bekerja di malam hari yang biasanya tidak bisa bekerja. Inilah pentingnya listrik,” ujarnya.
Presiden juga menyampaikan bahwa listrik kalau di Jawa mungkin sudah tidak begitu masalah, tetapi kalau di Indonesia di bagian timur, pulau-pulau terpencil, desa-desa terpencil, empat tahun lalu masih banyak yang belum ada listriknya.
“Kalau kita mungkin tahun berapa? ’70-an masih pakai lampu, lampu templok, teplok nggih, lampu sentir atau lampu teplok masih seperti itu, terutama di Indonesia bagian timur,” ujar Presiden.
Lebih lanjut, Presiden juga menyampaikan bahwa sebagaimana target dari Kementerian ESDM akhir tahun 2019 ini 99,9 persen listrik harus sudah masuk ke semua desa dan rumah tangga yang ada di seluruh Tanah Air.
“Sehingga, tadi disampaikan oleh Pak Menteri ESDM sekarang ini sudah 98,2; 98,2 listrik di Indonesia ini sudah masuk ke rumah-rumah yang di desa-desa terpencil, tinggal kecil sekali, tinggal 1,8 yang belum,” ujarnya.
Turut hadir mendampingi Presiden dalam acara tersebut, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, dan Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji. (sak)