Tak Lagi Menutup Pasar di Surabaya
KOMUNITAS PERISTIWA

Tak Lagi Menutup Pasar di Surabaya

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus melakukan evaluasi pasar-pasar yang telah ditutup selama masa pandemi Covid-19 ini. Hasilnya, ke depan pemkot tidak akan melakukan penutupan pasarnya, tapi akan melakukan pengaturan.

Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah, Agus Hebi Djuniantoro, memastikan ke depannya pemkot tidak ingin menutup pasar. Sebab, apabila menutup pasar, para pedagang ini akan mencari tempat lain untuk bisa berjualan, sehingga hal itu akan menjadi masalah baru di tempat lain.

“Lebih baik kan tetap berjualan di pasar itu, tapi kita atur sesuai protokol kesehatan. Sedangkan yang sakit langsung ditangani dan dirawat. Tempatnya yang sakit itu yang ditutup, bukan semuanya satu pasar ditutup. Jadi, konsep ke depannya bukan lagi ditutup pasarnya, tapi diatur sesuai dengan protokol kesehatan,” tegas Hebi.

Adapun protokol kesehatan yang harus diperhatikan di pasar adalah harus menggunakan alat pelindung diri (APD) minimal masker, pakai kaca mata, dan para pedagangnya harus menggunakan sarung tangan dan hand sanitizer, sehingga ketika menerima uang bisa tetap steril.

Selain itu, harus dilakukan pembatasan kerumuman dengan cara tidak boleh lama-lama berada di pasar, sehingga apabila mau pergi ke pasar, maka warga diharapkan mencatat dulu apa saja yang akan dibeli, sehingga ketika dipasar bisa lebih cepat membeli kebutuhannya.

Di samping itu, physical distancingnya harus terus dijaga dan diatur, baik para pedagangnya maupun para pembelinya. Bahkan, Hebi juga berharap yang datang ke pasar itu sebisa mungkin bukan orang-orang yang rentan terkena Covid-19, seperti orang yang sudah sepuh atau orang yang punya penyakit bawaan.

“Nah, sosialisasi ini terus kita lakukan setiap hari dan yang paling penting adalah pengawasannya yang harus juga dilakukan setiap hari, dan yang bisa melakukan ini adalah pedagang dan pihak pengelola,” tegasnya.

Oleh karena itu, Hebi berharap ke depannya perekonomian tetap berjalan dengan adanya pasar-pasar itu, tapi untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 juga terus dilakukan dengan pengaturannya itu. “Jadi, yang kami harapkan dua-duanya sama-sama jalan, perekonomian jalan dan pemutusan mata rantai Covid-19 juga jalan,” imbuhnya.

Sedangkan salah satu pasar yang sudah siap untuk menerapkan terobosan baru itu adalah Pasar Simo berikut pasar tumpahnya. Pasar ini sudah ditutup sejak beberapa waktu lalu dan rencananya akan dibuka kembali pada 20 Mei 2020 mendatang, sembari dilakukan pengaturan para pedagang dan pengunjung pasar atau pembeli.

Camat Sukomanunggal Lakoli mengatakan pihaknya tidak ingin ada perpanjangan masa karantina pasar yang terkenal dengan sebutan Pasar Asem itu. Sebab, banyak pedagang yang mengeluh kepadanya, sehingga dia juga berharap antara protokol kesehatan dengan denyut nadi perekonomian warga juga sama-sama diperhatikan, sehingga salah satu solusinya adalah dilakukan pengaturan.

Salah satu pengaturan pasar yang telah disepakti dengan pihak pedagang adalah mengatur jarak antar pedagang, memperbanyak wastafel cuci tangan serta juga memakai masker. Hal itu juga berlaku bagi para pembeli, pembeli tanpa menggunakan masker tak akan dilayani. Hal itu juga berkoordinasi dengan PD Pasar Surya untuk penataan di dalam pasar sendiri.

“Kami juga akan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk menggelar rapid test dan menyiapkan pemeriksaan suhu tubuh. Bila ditemukan reaktif, maka akan dilakukan SOP kesehatan, namun tidak sampai menutup pasar secara total, tapi hanya menutup satu lapak yang ditempati pedagang reaktif itu dan lapak yang ada di sekitarnya,” ujarnya.

Sementara itu, Suparno salah seorang koordinator pedagang mengaku siap mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatur pedagang pasar. Yang paling penting bagi dia adalah tidak sampai menutup pasar secara keseluruhan. “Kami berharap pemerintah untuk merelakan kami mencari nafkah, yang penting kami tetap bisa bekerja lagi. Kami siap mendukung semuanya,” kata Suparno. (ita)