Kulit yang terasa kering, muncul kerutan, kendur, dan lipatan-lipatan halus merupakan tanda awal penuaan dini pada wajah.
Hal ini disebabkan oleh faktor intrinsik dari hormon atau faktor eksternal seperti lingkungan berpolusi, pemakaian make-up berlebihan, dan gaya hidup tidak sehat, misalnya rokok.
Di jaman modern seperti sekarang, hal tersebut menjadi permasalahan khususnya bagi kaum hawa yang selalu ingin tampil cantik dan sehat berkaitan dengan kulit dan wajah. Karena faktanya tanda-tanda penuaan dini sekarang dapat muncul, bahkan pada remaja sekalipun.
Jika mengingat Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki sumber daya alam melimpah, rumput laut adalah salah satu hayati dengan potensi sebagai bahan produk yang memiliki nilai lebih.
Rumput laut coklat jenis Sargassum sp. memiliki kandungan alginate, vitamin D, Vitamin A dan Karoten, yang ternyata berfungsi untuk menghambat penuaan dini serta meremajakan kulit wajah.
Hal inilah yang menginspirasi lima mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK) mengolah dan memproduksi produk perawatan kulit wajah berbentuk masker tisu (sheet mask) berbahan dasar Alginat Sargassum sp sebagai masker anti-aging organik yang aman, ekonomis dan painless peel off.
Dibawah bimbingan Pulung Siswantara SKm MKes, staf pengajar FKM Unair, tim yang diketuai Inas Pramitha A, dan anggota Tutut Dwi C, Rizma Dwi N, Devinafarica L, dan Fansurina Yuli E ini lolos seleksi dan memperoleh hibah dana penelitian dari Kemenristekdikti dalam program PKM tahun 2018.
Menurut Inas Pramitha, sweetmask merupakan masker pertama yang memanfaatkan rumput laut sargassum sp. sebagai bahan kosmetik anti-aging di Indonesia.
Dengan kemasan dan pemakaian yang praktis, harga terjangkau, pemakaian yang painless Peel-Off serta bahan organik yang terdapat dalam Sweetmask, produk lokal buatan anak negeri ini dapat bersaing dengan banyaknya masker import lain yang juga tengah membanjiri pasaran.
Selama ini banyak produk perawatan wajah untuk anti-aging yang beredar, namun umumnya dijual dengan harga sangat mahal dan membuat berpikir dua kali untuk membelinya.
“Dengan hadirnya Sweetmask ini, perawatan anti-aging bisa didapatkan dengan mudah dan aman, sekaligus pemakaiannya praktis dan cepat akan memudahkan konsumen untuk memperoleh perawatan sehingga kulit wajahnya tetap sehat dan awet muda,” terang mahasiswi semester VI itu.
Ditambahkan Tutut Dwi C, Sweetmask juga memiliki strategi pemasaran lewat SMBC (Sweetmask Beauty Consultant) yaitu merekrut rekan-rekan mereka sebagai Beauty Consultant yang sekaligus menjual produk ini di berbagai daerah.
Para SMBC itu akan menjadi komunitas yang membantu dalam memasarkan produk Sweetmask ke seluruh daerah di Indonesia. Selain itu, produk ini telah banyak dipasarkan melalui media sosial dan event publik di beberapa daerah.
”Kami berharap produk ini dapat menjadi alternatif perawatan kecantikan yang bermanfaat dan menjadi solusi dari keluhan terhadap kulit wajah yang bermasalah, khususnya tanda-tanda penuaan dini pada semua kalangan masyarakat,” Inas memungkasi penjelasan. (ita)