Keindahan alam Indonesia dari Sabang hingga Merauke, ke Miangas sampai Pulau Rote seolah tak ada habisnya untuk dieksplorasi. Tidak hanya tempat-tempat wisata terkemuka seperti destinasi superprioritas atau yang sohor disebut sebagai Bali baru, di negeri berpenduduk 270 juta jiwa–hasil Sensus Penduduk 2020–juga menyimpan magnet-magnet baru pariwisata.
Salah satu mutiara tersembunyi itu berada di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Kabupaten seluas 3.283,59 kilometer persegi ini, selain dikenal sebagai salah satu lumbung nikel nasional, juga diketahui menyimpan banyak potensi wisata alam.
Salah satunya adalah kawasan Tamborasi, yang merupakan satu dari 12 desa dan kelurahan di Kecamatan Wolo. Desa Tamborasi berada tepat di perbatasan Kolaka dengan Kabupaten Kolaka Utara. Sebagian wilayah Tamborasi letaknya di bibir pantai Teluk Bone.
Di salah satu bagian di kawasan itulah bisa didapati fenomena alam yang langka. Di sana ada sebuah sungai yang memiliki lebar 15 meter dengan aliran hanya sepanjang sekitar 20 meter, dari hulu hingga menuju hilir. Pada April 2017, situs terkemuka World Atlas menuliskan Sungai Tamborasi, demikian masyarakat lokal menamai sungai itu, sebagai sungai terpendek di dunia.
Disebutkan pula bahwa keunikan Sungai Tamborasi dengan aliran air yang bermuara ke Laut Flores di Teluk Bone lebih unggul dibanding Sungai Kovasselva di Pulau Hitra, salah satu pulau terbesar di negara Norwegia. Sungai Tamborasi diketahui memiliki aliran yang lebih pendek dari Sungai Kovasselva yang mengalir sepanjang 22 meter mulai di hulu dari Danau Kovassvatnet hingga hilir ke Laut Norwegia.
Pendeknya aliran Tamborasi juga mengalahkan aliran Reprua sejauh 27 meter. Reprua yang ada di negara Georgia sebenarnya memang bukan sungai terpendek sedunia. Sungai itu dinobatkan sebagai sungai terdalam sejagat dengan kedalaman mencapai 2.300 meter dan aliran airnya sangat deras, mencapai 2.000 liter per detik, dari mata air di Gua Krubera menuju Laut Hitam.
Sungai Berair Jernih
Sekilas, sungai sepanjang 20 meter ini lebih mirip seperti aliran air laut yang menembus merobek bibir pantai dan menerpa tebing kapur putih. Ternyata, tebing cadas tegak lurus di sela rimbunan pohon itu adalah permulaan dari sungai mulai mengalir. Air sungai dari mata air di sela-sela tebing itu mengalirkan air tawar,menghasilkan warna hijau toska jernih di hulunya.
Saking jernih air sungai itu, dapat terlihat bebatuan di dasar sungai sedalam 5 meter pada bagian hulunya. Suhu airnya pun dingin dan kian mendekati muara di Laut Flores berangsur menjadi hangat dan terasa asin khas air laut. Hanya beberapa meter dari aliran sungai terbentang pantai berpasir putih bersih dan oleh masyarakat lokal dinamai sebagai Pantai Tamborasi. Pantai ini seperti pemisah antara aliran Sungai Tamborasi dan air laut Teluk Bone.
Dari ibu kota kabupaten, lokasi Sungai Tamborasi ini dapat dijangkau dengan perjalanan darat sejauh 80 kilometer selama dua jam menuju utara, melewati jalan lintas provinsi beraspal mulus di ruas Ranteangin-Kolaka. Jika dari ibu kota provinsi di Kendari ke Sungai Tamborasi dapat ditempuh dengan perjalanan darat sejauh hampir 300 km selama empat jam. Kawasan Sungai Tamborasi berada tepat menjelang jalan menanjak dan berbukit-bukit Ranteangin-Kolaka.
Penandanya sangat jelas, yaitu terdapat tulisan besar-besar warna-warni “Tamborasi Beach”, yang berlatar air laut biru Laut Flores di Teluk Bone. Ada lahan parkir beralas pasir cokelat pudar dan mampu menampung sekitar 30 kendaraan roda empat atau 70 motor sekali parkir.
Sekitar 100 meter dari lahan parkir itu terdapat gerbang masuk dilengkapi dengan pos pengelola. Sejak akhir 2018, kawasan ini ditata ulang oleh Dinas Pariwisata Kolaka sebagai obyek wisata. Setiap pengunjung akan dikenai tiket masuk sebesar Rp5.000 serta tiket parkir Rp5.000 untuk roda empat dan Rp2.000 untuk roda dua.
Hulu sungai terpendek sejagat ini akan tampak usai saat kita menyusuri jalan setapak sejauh 200 meter dari gerbang masuk. Sebanyak delapan anak tangga akan menyambut kita menuju hulu sungai berair hijau toska jernih.
Pada akhir pekan, lokasi ini banyak didatangi warga untuk berenang. Pengelola menyewakan belasan ban dalam diikat tali warna kuning kepada pengunjung untuk river tubing. Tak sekadar berenang, pengunjung juga bisa bersantai di sejumlah gazebo yang telah dibangun pengelola.
Sebuah kawasan perbukitan dengan pepohonan rimbun di kaki Gunung Mekongga, setinggi 2.620 meter dari permukaan laut, ikut melatari kawasan di sekitar Sungai Tamborasi itu. Di sana, kita juga dapat menjumpai kera-kera liar turun dari rimbunan pepohonan perbukitan mencari makan ke obyek wisata andalan Kolaka ini.
“Sungai Tamborasi adalah obyek wisata unggulan di Kolaka dan menjadi salah satu nominasi destinasi unik pada ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) 2020 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kolaka Zulkarnain Mansyur, seperti dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Kolaka, www.kolakakab.go.id.
Namun, hal lain yang ditunggu-tunggu pengunjung adalah menyaksikan waktu matahari terbenam dari Sungai Tamborasi. Semburat warna oranye keemasan dan merah penanda sang surya akan menghilang, tampak indah disaksikan dari sungai ini. Siluet puluhan pengunjung dengan kamera ponsel di tangan merekam peristiwa alam juga memberikan pemandangan tersendiri. Tak perlu khawatir akan kemalaman, karena tak jauh dari obyek wisata ini terdapat beberapa pondokan yang dikelola warga setempat.
Jangan lupa untuk tetap menjaga protokol kesehatan saat berkunjung ke Sungai Tamborasi. Pakai selalu masker, jangan lupa cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan selalu menjaga jarak serta hindari kerumunan. Jaga selalu kebersihan kawasan obyek wisata ini dan jangan membuang sampah sembarangan. (indonesia.go.id)