Mantan Kepala Rumkital Dr Ramelan Surabaya, Laksamana Pertama TNI Dr I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara SpB SpBTKV(K) meluncurkan buku berjudul ‘Strategi Nalendra – Ubah Ancaman Menjadi Peluang: Rumkital Dr. Ramelan Era JKN’ di Luminor Hotel Surabaya, Jumat (18/01) .
Nalendra yang secara resmi melepaskan jabatannya sebagai Karumkital pada 4 Januari lalu karena promosi jabatan menjadi Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) TNI AL itu, memang dikenal luas sebagai sosok yang membawa rumah sakit yang dulu bernama RSAL itu sukses bertahan bahkan berinvestasi secara massif dalam masa turbulensi pelayanan rumah sakit di era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Seperti yang diketahui, saat ini banyak Rumah Sakit (RS) yang berjuang untuk tidak merugi atau defisit. Era JKN yang dikembangkan pemerintah melalui BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan memiliki beberapa peraturan dan kebijakan yang dirasa memberatkan RS.
Sebab ada pola pembayaran yang berubah dari model Fee for Service menjadi pola pembayaran bersistem pengajuan klaim atau Indonesia Case Base Grup (Ina CBG’S) yang pembayarannya hanya dihitung sebatas besaran tindakannya.
Menghadapi turbulensi atau guncangan ekonomi RS tersebut, Rumkital Dr Ramelan sebagai salah satu RS Tipe A, dan RS Dukungan Utama Militer tentu saja juga sempat membuat Rumkital Dr Ramelan merasakan turbulensi yang sama dengan RS lainnya.
Untuk menyiasatinya, Nalendra yang saat itu menjadi Karumkital bergerak cepat dengan membuat pola pembiayaan pada pasien yang tetap terkendali tanpa mengurangi mutu pelayanan, yakni dengan Kendali biaya benar benar diperketat.
Nalendra, sebagai pemimpin terus berupaya mempelajari data pelayanan pasien BPJS, melakukan berbagai review dan evaluasi kinerja dan pelayanan. Berbagai perhitungan yang seksama pun akhirnya membawa Rumkital Dr Ramelan keluar dari turbulensi RS dan mendapatkan hasil yang memuaskan dan menjadi RS yang surplus.
Dalam buku yang ditulis Siti Nasyi’ah itu Nalendra membagikan beberapa strategi yang ia pakai untuk mengubah ancaman menjadi peluang. Ia pun berharap agar buku ini dapat membantu RS lainnya untuk survive (bertahan) dalam turbulensi RS ini.
“Ini sebenarnya saya hanya memberikan sesuatu yang lain untuk membantu mengelola RS di era JKN, yang saat ini dirasa lebih banyak ancaman. Padahal dibalik ancaman ancaman itu banyak peluang yang sebenarnya bisa kita kerjakan,” ujar Nalendra saat ditemui disela-sela bedah buku.
Intervensi Perut
Langkah pertama yang dilakukan adalah intervensi perut untuk anggota, yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota/karyawan. kedua melakukan langkah melengkapi sarana prasarana untuk menunjang pelayanan.
“Filosofi Jawa Nguwangke Uwong atau memanusiakan manusia mampu membuat 2.193 orang bergerak bersama membawa Rumkital Dr Ramelan mencapai pelabuhan akhir. Sebagai rumah sakit terdepan milik masyarakat, bukan saja sebagai andalan keluarga besar TNI AL semata,” imbuhnya.
Lebih lanjut dikatakan Nalendra, langkah yang dilakukan ini kelihatannya sepele, namun, justru kemampuan mengorangkan orang yang punya peran sangat dominan dalam membangun Rumkital Dr Ramelan, hingga mampu meraih penghasilan ratusan miliar rupiah per tahunnya yang sebelumnya hanya kisaran puluhan miliar saja.
Lompatan itu adalah wujud kebersamaan karyawan yang merasa Rumkital Dr Ramelan tidak hanya milik pemerintah (TNI AL). Melainkan milik bersama. Perubahan mindset ini memberikan output berupa pelayanan terbaik.
Perubahan besar-besaran budaya kerja dari hulu hingga hilir, juga ditunjang keberanian Nalendra mengcluarkan kebijakan tidak populis. Juga penyediaan sarana dan prasarana rumah sakit memadai secara besar-besaran. Ruang operasi salah satunya.
”Awalnya kami hanya mampu melakukan operasi 12-15 pasien per hari. Tetapi dengan penyediaan peralatan kekinian dan sarana memadai, target operasi 40 pasien per hari bisa terwujud,” ungkapnya.
Hasilnya, income/pemasukan rumah sakit meningkat pesat. Terobosan yang dilakukan Nalendra seperti tertuang dalam buku ini dilakukan atas keprihatinannya, terhadap hilangnya devisa negara triliunan rupiah per tahun karena masyarakat belanja kesehatan ke luar negeri. “Semoga buku ini bisa memberi gambaran dan wawasan masyarakat terhadap kemajuan rumah sakit di Indenesia,” harapnya.
Terakhir, strategi yang dijabarkan oleh Nalendra adalah Penerapan model kepemimpinannya yang meniru model kepemimpinan dalam filosofi Jawa, yaitu Asta Brata yang selalu ia pegang.
Budaya Baik
Mantan Menpora Hayono Isman yang hadir sebagai panelis menyatakan, Rumkital Dr Ramelan layak ditiru karena membawa budaya baik yang dikawal oleh manajemen baik dibawah kepemimpinan orang baik. Salah satunya perawat yang care terhadap pasien.
“Service Rumkital Dr Ramelan tidak kalah dengan RS di luar negri. Makanya, ngapain harus ke luar negeri, kalau di Surabaya ada,” tandasnya.
Dr Dodo Anando selaku Ketua Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Jatim malah mengatakan, jika insentif dan penghasilan para dokter yang pernah dipimpinnya, jauh dibawah Rumkital Dr Ramelan.
“Melihat fakta ini, apa boleh orang sipil seperti saya melamar di sini,” katanya mantan Dirut RSUD Dr Soetomo disambut tepuk tangan hadirin yang mayoritas dokter dan kepala RS TNI itu.
Sedangkan Dr Djazuly Chalidianto SKMARS, dosen Pasca Sarjana FKM Unair mengatakan langkah Rumkital Dr Ramelan yang tertulis dalam buku harus diapresiasi dan ditiru oleh dokter, khususnya yang akan jadi kepala RS di Indonesia.
Sebelum itu Aspers Lantamal IV Tanjung Pinang Kol Laut Acep Maksum, mengatakan jika dokter Nalendra berhasil memberi warna di TNI AL.
Bedah buku yang dipandu drg Eko Priyambodo semakin gayeng dengan hadirnya HM Djadi Galajapo yang tampil mengawali launching kerap mengundang tawa. Undangan khusus, Arzeti Bilbina dari Komisi X DPR RI, penyanyi kondang Andre Hehanusa dan Wabup Lamongan Kartika Hidayati yang tak luput dari keusilannya. Termasuk Karumkital dr Ramelan yang baru Kololen Laut (K) dr Ahmad Samsulhadi. (ist)