Status Semeru Tetap Level Waspada
KOMUNITAS PERISTIWA

Status Semeru Tetap Level Waspada

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi mengamati visual Gunung Semeru pada Selasa, (3/3) pukul 17.33 WIB.

Dari pengamatan tersebut, teramati awan panas guguran dengan jarak luncur 3 kilometer dari Kawah Puncak ke arah Besuk Kembar dan Besuk Bang. Hingga kini, tingkat aktivitas G. Semeru berada pada Level II (Waspada), status tersebut ditetapkan sejak tanggal 2 Mei 2012.

Secara visual, Pos Pengamatan Gunung Semeru mencatat, selama periode Februari hingga awal Maret 2020 ini teramati letusan menerus dengan ketinggian kolom letusan berkisar 300-500 meter di atas puncak, berwarna kelabu hitam disertai hembusan gas menerus berwarna putih tipis dari arah kawah Jonggring Seloko.

Sejak tanggal 26 Februari 2020 teramati sinar api diam dengan tinggi 10-50 m dari Kawah Jonggring Seloko, dan aktivitas guguran lava pijar dengan jarak luncur 500-1000 m ke arah Besuk Kembar, Besuk Bang dan Besuk Kobokan.

“Pada 3 Maret 2020 terjadi satu kali awan panas guguran dari ujung aliran lava ke arah Besuk Kembar dan Besuk Bang sejauh 2250 m atau 3 km dari kawah puncak,” ujar Kepala PVMBG Kasbani.

Sementara, dari pengamatan kegempaan, aktivitas kegempaan G. Semeru masih tinggi yang didominasi oleh jenis Gempa Letusan, Guguran dan Hembusan. Jenis Gempa letusan rata-rata terekam 11 kejadian per hari dan Gempa Hembusan rata-rata 6 kejadian per hari.

Sedangkan jenis Gempa Guguran terekam 7 kejadian per hari. Tingkat kejadian Gempa Guguran meningkat pada akhir Februari dan guguran lava terekam mulai tanggal 26 Februari 2020. Interval gempa letusan rata – rata terjadi setiap 1 jam sekali dan masih berpotensi terjadi letusan.

Adapun gempa Harmonik terekam berfluktuatif dan gempa Getaran Banjir juga terekam, seiring curah hujan intensitas tinggi di wilayah Jawa Timur.

Aktivitas letusan dan hembusan gas menerus di Kawah Jonggring Seloko – G. Semeru tersebut menunjukkan bahwa terjadi suplai atau tekanan dari magma yang terus berlangsung disertai dengan kenaikan fluida (gas, cair dan padatan) ke kedalaman yang lebih dangkal, seiring kemunculan aliran lava.

“Awan panas guguran terjadi akibat gravitasi pada ujung aliran lava yang tidak stabil. Kemunculan tremor harmonik tanpa disertai gempa-gempa vulkanik (Vulkanik Dangkal atau pun Vulkanik Dalam) menunjukkan bahwa saat ini sistem sudah terbuka. Interval gempa letusan yang cukup rapat menunjukkan bahwa hingga saat ini tidak terjadi penumpukan energi yang berpotensi terjadinya erupsi dengan intensitas yang lebih besar,” jelas Kasbani.

Potensi bahaya yang perlu diwaspadai dari aktivitas G. Semeru adalah potensi erupsi menerus yang masih ada, dengan sebaran material erupsi berupa aliran lava, hujan abu lebat dan lontaran batu (pijar) di sekitar kawah dalam radius 1 km dari pusat erupsi, serta awan panas guguran sejauh 4 km di sekitar lereng tenggara dan selatan. Namun hingga saat ini jarak luncur awan panas guguran masih di bawah 4 km.

Selain itu, perlu diwaspadai juga peningkatan gempa-gempa guguran yang menandakan ketidakstabilan ujung aliran lava yang berpotensi menjadi awan panas guguran. Serta terjadi penumpukan material erupsi disekitar puncak, lereng dan hulu Besuk Bang, Besuk Kembar dan Besuk Kobokan berpotensi menjadi aliran lahar jika terjadi curah hujan yang cukup besar.

“Jadi, berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental, serta potensi ancaman bahaya G. Semeru hingga 3 Maret 2020, tingkat aktivitas vulkanik G. Semeru dinilai masih dalam Level II (Waspada). Tidak terdeteksi adanya peningkatan ancaman potensi bahaya,” tegas Kasbani.

PVMBG merekomendasikan kepada masyarakat/pengunjung/wisatawan agar tidak melakukan aktivitas dalam radius 1 Km dari kawah aktif dan di wilayah sejauh 4 km di sektor lereng selatan-tenggara yang merupakan wilayah bukaan kawah aktif G. Semeru (Jongring Seloko) sebagai alur luncuran awan panas guguran.

Kemudian untuk masyarakat yang bermukim di bantaran sungai dan beraktivitas di dalam Besuk Kembar, Besuk Kobokan dan Besuk Bang agar mewaspadai ancaman bahaya aliran lahar. (ist)