Solusi Pencegahan Pelecehan Seksual
KESEHATAN PERISTIWA

Solusi Pencegahan Pelecehan Seksual

Lima langkah solusi disodorkan oleh Dr MG Bagus Ani Putra Psi, Psikolog Sosial Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) untuk menghindari terulangnya kembali kasus pelecehan seksual seperti yang terjadi di sebuah rumah sakit swasta di Surabaya.

Kasus yang ramai di media massa dan media sosial tersebut, seorang pasien perempuan mengalami pelecehan seksual seorang perawat laki-laki.

Pasien tidak melawan, karena diduga tidak sadarkan diri akibat efek anestesi dalam tindakan medis. Suami korban, yang juga seorang pengacara, melaporkan kejadian ini kepada penegak hukum. Saat ini kasusnya dalam proses yang berwenang.

”Solusi yang pertama, dalam penanganan medis antara pasien dan paramedis hendaknya yang berjenis kelamin sama. Ini untuk menghindari terjadinya pelecehan seksual,” kata Bagus Ani Putra kepada wartawan melalui sebuah media sosial grup, akhir pekan lalu.

Solusi kedua, dalam penanganan keperawatan seperti itu sebaiknya dilakukan minimal oleh dua orang perawat, sehingga selain ada saksi juga sebagai tindakan pencegahan. Solusi ketiga, korban pelecehan dan lingkungan sosial harus berani melaporkan jika ada pelecehan.

Ini untuk menghindari terjadinya pelecehan seksual yang berkelanjutan. Yang keempat, bagi organisasi professi hendaknya wajib menegakkan etika profesi. ”Kemudian, langkah hukum adalah tindakan tepat agar tidak terjadi main hukum sendiri,” kata Bagus Ani Putra, Ketua Pusat Humas dan Informasi (PIH) UNAIR periode 2012-2016.

Dijelaskan ahli Sexual Psychology and Interpersonal Relationships Unair ini, mengutip pendapat Sigmund Freud, seorang tokoh psikologi, bahwa setiap manusia itu mempunyai tiga komponen dalam jiwanya yang mempengaruhi perilakunya.

Komponen pertama adalah Id, yaitu dorongan, libido, dan keinginan-keinginan yang lain. Komponen kedua adalah Ego yaitu realita yang rasional berdasarkan status individu. Dan ketiga adalah super ego yaitu norma-norma yang ada.

”Menanggapi berita pelecehan seksual oknum perawat kepada pasien itu, dilihat dari analisa psikologi, pelaku pelecehan cenderung mempunyai Id yang tinggi sehingga mengalahkan Ego dan Super Egonya. Libido yang dibiarkan bebas akan mengalahkan realitanya sebagai professi perawat dan norma-norma atau etika professinya,” kata Dr Bagus.

Penyebab (anteseden) pelecehan lainnya bisa juga karena perilaku pelecehan seksual ini karena situasional. Misalnya kondisi korban yang lemah menguatkan perilaku pelecehan, dan umumnya pasien ”menyerahkan” keselamatan jiwa raganya kepada petugas medis.

”Inilah yang terkadang dimanfaatkan sebagai situasi yang melemahkan bagi pasien sebagai korban,” tambah Psikolog Sosial Unair ini.

Penyebab yang ketiga, perilaku pelecehan seksual bisa diperkuat jika korban dan lingkungan sosial tidak bertindak untuk mencegahnya, misalnya melaporkan kejadian tersebut dan memberi social punishment kepada pelaku. (ita)