Soal Mobil Listrik, SDM Indonesia Siap
PEMERINTAHAN PERISTIWA

Soal Mobil Listrik, SDM Indonesia Siap

Sumber daya manusia yang dimiliki bangsa Indonesia saat ini sangat siap untuk mendukung pengembangan mobil listrik, begitupula jika mobil listrik diassembling di Indonesia.

Karena menurut Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan cassisnya, onderdilnya, interiornya, sistem kenudinya semuanya sama yang berbeda hanya menghilangkan mesinnya diganti dengan battery.

Mobil listrik adalah proses modernisasi sehingga perkembangannya tidak bisa dihindari karena itu, pengembangan mobil listrik menjadi prioritas dan dimasukkan dalam perhitungan pemerintah, mengikuti perkembangan global, terutama dalam menjawab isu perubahan iklim dan lingkungan.

“Sesuai dengan arahan Bapak Presiden, kita sudah harus mulai mengadopsi kehadiran mobil listrik di jalan-jalan raya di Indonesia,” kata Ignasius Jonan usai menghadiri acara The 7th Asian Youth Day, pekan lalu.

Menurut Jonan, misalnya Prancis sudah melarang mobil non listrik di jalan raya pada tahun 2040. Inggris juga sama, bakal tidak adalagi penjualan mobil di wilayah Inggris Raya berbahan bakar hydrocarbon. Tetapi berbahan bakar listrik.

“Di Indonesia juga segera dimulai dengan menugaskan Kementerian ESDM untuk membuat Keputusan Presiden (Keppres) yang intinya supaya mobil listrik itu bisa segera ada,” tegasnya.

Kehadiran mobil listrik menurut mempunyai tiga keuntungan pertama mengurangi emisi gas buang, kedua membuat udara lebih bersih dan yang ketiga mustinya ini modernisasi sehingga kita mempunyai pilihan apakah tetap menggunakan mobil berbahan hydrocarbon atau menggunakan listrik.

“Kalau menurut saya menggunakan mobil listrik emisinya nol, polusinya engga ada. Kita tidak bisa menghambat adanya perkembangan zaman termasuk modernisasi,” ujar Jonan.

Jonan menambahkan, dari sisi sumber daya manusianya, Indonesia sudah siap dan untuk mengisi daya listrik ke dalam battery ada beberapa alternatif misalnya menukar battery yang kosong dengan battery yang terisi penuh di SPBU-SPBU seperti pemakaian tabung LPG 3 kg.

“Kalau orang mikir tiap rumah harus ada colokan yang kira-kira 3.000 Watt, 5.000 Watt ya engga jadi-jadi, ya sudah pokoknya seperti LPG 3 kg kalau habis tukar,” jelas Jonan.

Untuk mempercepat masuknya mobil listrik di jalan-jalan raya Indonesia beberapa alternatif dapat dilakukan misalnya dengan membebaskan pajak bea masuk.

“Saya kira kalau bea masuk dan pajak atas barang mewah untuk mobil listrik dihapus, saya kira perkembangannya akan cepat tinggal kebijakannya mau melokalisasi produksi itu mau kapan, karena kalau menurut saya tidak bisa langsung, kalau mau dipaksa langsung saya tidak tahu, Gaikindo saya belum denger pandangannya bagaimana,” tambahnya lagi.

“Kalau diassembling disini Indonesia sangat siap sekali karena onderdilnya sama, casisnya sama, interiornya sama, sistem kenudinya juga sama yang beda itu mesinnya ga ada diganti battery yang menyalurkan listrik ke penggerak roda. Perusahaan-perusahaan automotif besar seperti Mercedes Benz, Toyota, Nissan merubah seperti ini untuk mobil angkutan penumpang seharusnya ini bisa lebih cepat,” tutup Jonan. (sak)