Glaukoma merupakan suatu kondisi kerusakan pada syaraf mata yang menyebabkan penyempitan lapang pandangan. Salah satu faktor risiko yang menyebabkan seseorang mengalami glaukoma yakni adanya tekanan berlebih pada bola mata.
Hal tersebut disampaikan oleh dr Yulia Primitasari Sp M(K), Pakar Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga pada gelaran Dokter Unair TV dalam menyambut World Glaucoma Week 2024 pada Selasa (13/03).
Dr Yulia menjelaskan, penyakit glaukoma menjadi salah satu penyakit silent killer. Pasalnya, orang yang mengidap glaukoma tidak merasakan dampak negatif secara langsung, namun dampak tersebut akan timbul berangsur-angsur hingga mengalami kerusakan mata pada penderita.
“Pada dasarnya lapang pandang itu menghilang dari tepian mata. Hal ini terkadang menjadi luput dalam memeriksa mata. Penyakit glaukoma ini tidak mendadak munculnya bisa jadi sudah mengalami namun tidak terasa hingga menimbulkan kerusakan,” imbuhnya.
Pakar Ilmu Kesehatan Mata FK UNAIR itu menerangkan, salah satu langkah preventif yang dapat dilakukan yakni dengan skrining berkala secara ini. Skrining berkala dapat dilakukan pada orang dengan usia diatas 50 tahun. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi lebih awal untuk menghindari keparahan.
Selain itu, orang yang memiliki riwayat penyakit bawaan dari keluarga harus melakukan skrining juga. Riwayat penyakit bawaan ini dapat meningkatkan faktor risiko daripada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit bawaan.
“Skrining ini merupakan hal penting untuk mencegah glaukoma, karena jika tidak dilakukan skrining berkala secara dini akan menimbulkan kerusakan mata yang parah hingga mengalami kebutaaan permanen,” imbuhnya.
Meskipun penyakit glaukoma tidak dapat sembuh sepenuhnya, namun glaukoma dapat dilakukan pengobatan untuk mencegah keparahan. Salah satunya, pemberian obat penurun tekanan pada mata. Dengan harapan, obat tersebut bekerja untuk mengembalikan tekanan mata kembali normal.
“Jika pemberian obat ini kurang efektif biasanya kita melakukan pengobatan lanjutan yakni melakukan laser atau pembedahan. Namun sebelum melakukan pengobatan lanjutan harus melihat dari faktor risiko dan komplikasi yang diidap oleh orang dengan glaukoma,” paparnya.
Dr Yulia menambahkan, orang dengan penyakit glaukoma ini harus patuh dan rajin mengkonsumsi obat yang dianjurkan. Sangat disayangkan apabila pasien harus melakukan tindakan pembedahan jika tidak rutin untuk mengkonsumsi obat.
“Lakukan pemeriksaan berkala jika telah mengalami gejala yang tidak nyaman di mata serta jangan remehkan gejala-gejala kecil yang terjadi. Skriring berkala akan menurunkan faktor risiko keparahan dari glaukoma dan mewujudkan Indonesia Bebas Glaukoma,” tegasnya. (ita)