Tahukah Anda kalau di dalam kompleks Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jl Medan Merdeka Selatan, berdiri gedung bersejarah bagi bangsa Indonesia?
Ya, gedung itu dulu bernama Gedung Sjahrir, karena oleh Soekarno dijadikan kantor bagi delegasi Indonesia yang dipimpin Sutan Sjahrir (Perdana Menteri Pertama Indonesia periode 1945-1947) untuk mempersiapkan strategi dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag.
Sekitar delapan bulan, antara Mei – Desember 1949, gedung tua ini dijadikan kantor dan kediaman bagi delegasi Indonesia. Dan usaha Sjahrir dan kawan-kawan di KMB berhasil, konferensi memberikan pengakuan kedaulatan Indonesia dari Belanda pada 27 Desember 1949.
Gedung tua itu baru saja selesai direvitalisasi dan kini dijadikan museum “The Heritage Building”. Di gedung itu sekarang dipajang instalasi pameran bersejarah menghormati peran bangunan ini dalam langkah Indonesia menuju kemerdekaan.
“Ini adalah momen yang unik. Saya mengatakan hal ini karena ketika melihat bangunan ini sekarang, dalam arti tertentu, kita melihat waktu ke belakang dan menyaksikan kembali semangat demokrasi Indonesia yang berkembang,” kata Duta Besar AS Joseph R Donovan Jr dalam upacara peresmian pekan lalu.
Menurut Dubes, lebih dari 70 tahun yang lalu sekelompok delegasi yang dipilih oleh Presiden Soekarno tinggal dan bekerja di gedung bersejarah ini untuk mempersiapkan Konferensi Meja Bundar yang bersejarah di Den Haag, Belanda.
Hasil kerja mereka di konferensi tersebut, bersama dengan upaya ribuan orang Indonesia di seluruh nusantara, membuka jalan bagi kesepakatan yang akan berujung pada pengalihan kedaulatan ke Indonesia pada 27 Desember 1949.
Sebagai bagian dari kompleks Kedubes AS yang baru, Duta Besar Donovan mengatakan Kedubes AS memiliki tanggung jawab khusus dalam melestarikan sejarah bangunan.
“Kami merasa terhormat atas hak istimewa ini dan berkomitmen untuk melestarikan sejarah tersebut selama beberapa dekade mendatang,” katanya didampingi Wamenlu Mahendra Siregar dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Lanjutnya, peresmian “Gedung Sjahrir” tersebut melambangkan hubungan yang hangat seperti layaknya sahabat antara Amerika Serikat dan Indonesia yang sudah terjalin selama 70 tahun lamanya.
Donovan sangat berterima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan oleh pemerintah Indonesia kepada pihaknya, untuk merawat bagian dari tonggak sejarah lahirnya kemerdekaan Indonesia ini.
“Jadi Heritage Building ini melambangkan keteguhan, kehandalan, kemitraan, dan persahabatan antara Indonesia dan Amerika Serikat. Seperti yang saya katakan pada pidato saya, Gedung Kedubes AS kami bukti komitmen AS untuk masa depan dan kesejahteraan bersama,” jelasnya.
Heritage Building awalnya dibangun pada abad-19 Masehi dengan gaya arsitektur Indische Woonhuis atau new Indies yang diadaptasi untuk iklim tropis di Indonesia. Gaya Indies adalah perpaduan antara arsitektur Barat dan Jawa yang ditandai oleh tata letaknya dengan langit-langit tinggi, dinding yang tebal, dan lantai marmer.
Gedung ini merupakan bangunan satu lantai dengan pondasi tinggi dan dilengkapi bingkai jendela dengan dua daun jendela, juga memiliki galeri terbuka dibagian depan dan belakang yang diapit oleh pilar-pilar ala Yunani.
Di bagian depan gedung memiliki pilar persegi empat (pilaster) ala Tuskani yang membingkai jendela dan pintu, serta tiang besi dengan ornamen melengkung. Beranda lapang di bagian depan dan belakang gedung ini bertujuan untuk meningkatkan aliran udara ke bagian dalam dan melindunginya dari panas dan hujan tropis.
Fitur ini diadaptasi dari tradisi pringgitan dari Jawa yang biasanya dilengkapi dengan amben bambu untuk berbaring saat senja yang panas.
Gedung ini awalnya dibangun sebagai sebuah villa mewah di kawasan yang saat itu disebut Koningsplein. Kawasan ini dikembangkan pada abad 19 sebagai kawasan eksluif di mana para elie tinggal.
Gedung sempat pindah kepemilikan sebelum akhirnya dikuasai Soekarno untuk kantor delegasi Indonesia dalam mempersiapkan perundingan dengan Belanda pada 1949.
Setelah digunakan sebagai kantor Sjahrir dan kawan-kawan, gedung ini kemudian dijadikan kantor perwakilan pemerintah AS di Jakarta tahun 1952. Yang pada saat yang sama Keduataan AS juga membeli tanah di sebelahnya untuk dibangun menjadi Kedutaan Besar AS yang pembangunannya selesai 1958.
Sejak 58 itu, Gedung Sjahrir berada di Kedubes AS dan jadi bagian dari ruangan kerja staf kedutaan. Sejak 2012, Amerika membangun kantor baru di lokasi ini, namun dalam pemugarannya AS masih mempertahankan bangunan lamanya.
Kini bangunannya tampak seperti aslinya yaitu lantai marmer putih bersaput abu abu, tiang-tiang besi, jendela-jendela, dan kuda-kudanya.
Dan The Heritage Building ini, saat ini difungsikan menjadi tempat pameran yang mengisahkan sejarah perjuangan Indonesia dalam meraih kemerdekaan dan kedaulatan, termasuk bagaimana peran AS dalam mendukung kemerdekaan Indonesia.
Dari sejumlah materi pameran, terdapat beberapa foto momentum bersejarah yang dipajang seperti foto karya JD Noske yang mengabadikan konferensi Meja Bundar 23 Agustus sampai 2 November 1949. Piagam Atlantik (The Atlantic Charter), dan Kapal Angkut Tempur Kelas Haskell milik Angkatan Laut AS, USS Renville (APA-277) tempat penandatanganan Perjanjian Renville antara Indonesia dan Belanda yang difasilitasi oleh Amerika Serikat.
Dan sejumlah foto bersejarah koleksi Arsip Nasional, kantor Berita ANTARA/ IPPHOS dan sebagainya lainnya dipajang di ruang pameran. Juga berita-berita seputar perjuangan kemerdekaan RI dan juga peran serta Amerika di dalamnya. (ist)