Rumah Sakit Kapal Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) yang hendak ke Sulawesi Barat kini tertahan di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (20/01) dini hari pukul 03.00 WITA. Selain karena faktor cuaca, kapal bersandar untuk melengkapi perbekalan dan logistik. Meski demikian, Direktur RSTKA dr Agus Hariyanto SpB, menyebutkan bahwa RSTKA akan segera melanjutkan perjalanan ke Mamuju dan Majene.
“Ada banyak korban yang harus segera ditangani, terutama yang membutuhkan layanan operasi. Di dalam kapal terdapat kamar operasi yang bisa dimanfaatkan oleh dokter bedah, dokter umum maupun dokter ortopedi untuk memberikan pelayanan yang terbaik di sana,” ujar koordinator Lapangan RSTKA itu.
Selama bersandar, menurut dr Agus, kapal RSTKA mengisi bahan bakar untuk melanjutkan perjalanan menuju Mamuju. Waktu tempuh menjadi bertambah kurang lebih 5 hari, dari estimasi sebelumnya 3 hari.
Selain itu, kapal menjemput kru tambahan, mengambil obat-obatan, mengisi air, serta mengangkut logistik yang belum terbawa. Logitik itu, antara lain, pakaian layak pakai, makanan, buku, dan bantuan perbekalan berupa ikan segar.
Sementara itu, Ketua Yayasan Ksatria Medika Airlangga Dr dr Christrijogo Sumartono SpAnKAR, yang sudah tiba di Mamuju Senin (18/01) melaporkan kondisi terkini pengungsi masih berpencar. “Warga ketakutan sekali pada kejadian gempa ini. Korban juga banyak yang belum mau dibawa ke Mamuju,” ungkapnya.
Saat ini Dr Chris membantu berkoordinasi di RS Regional Provinsi Sulawesi Barat. Dia membantu PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia) untuk mengelola pasien-pasien COVID-19. Kondisi bencana di tengah pandemi sangat sulit.
“Pasien COVID-19 banyak yang terbengkalai. Sebab, Satgas Penanganan Covid-19 tidak berjalan akibat bencana. Hingga Senin malam (18/01) belum ada tes PCR sama sekali,” sebut dokter spesialis anestesi itu.
Salah satu yang menjadi perhatian Dr Chris adalah bercampurnya pasien COVID-19 dan non COVID-19 di RSUD Mamuju. “Screening-nya dengan swab antigen. Alat PCR tidak ada. Kalau membutuhkan swab PCR harus ke Makassar,” katanya.
Dengan problem swab tersebut, Tim AJU 1 yang bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur dan IDI Surabaya siap melakukan seribu pemeriksaan SWAB antigen. Termasuk, terdapat 18 tenaga kesehatan yang akan ikut memebantu di Mamuju. Mereka terdiri atas 2 apoteker, 2 dokter bedah, 2 dokter anestesi, 4 dokter umum, 4 perawat umum, 2 perawat anastesi, dan 2 perawat bedah operasi.
Tim juga dilengkapi dengan peralatan laboratorium, Alat Pelindung Diri (APD) Hazmat, masker N95, dan handsanitizer. Kemudian, kapal RSTKA juga membawa lima Tenda-tenda besar ukuran 4 x 8 meter. Tenda itulah yang akan difungsikan menjadi tempat untuk memisahkan pasien serta tempat peristirahatan tim penanganan bencana. (ita)