Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) kembali menjalankan misi keselamatan anak bangsa melalui Bakti Nusa Tenggara Barat. Misi tersebut berlangsung pada (13-30/11/2023) dan terbagi di tiga kepulauan. Yakni, Lombok Timur, Sumbawa Barat dan Sumbawa serta melibatkan 31 relawan untuk tangani permasalahan kesehatan di Nusa Tenggara Barat.
Permasalahan kesehatan pada masyarakat kepulauan belum teratasi dengan baik hingga kini. Hal tersebut disebabkan karena adanya ketidakmerataannya fasilitas dan tenaga kesehatan pada wilayah kepulauan. Senada dengan hal tersebut, RSTKA UNAIR pada Bakti NTB membawa misi yaitu “Setiap orang pulau berharga”.
“Harapannya dengan adanya kegiatan ini dapat membantu masyarakat kepulauan untuk mendapatkan pelayanan yang baik seperti halnya pada masyarakat kota besar lainnya,” tutur dr Sisca.
Tentunya dalam Bakti tersebut tidak dapat berjalan dengan sendiri. RSTKA UNAIR berkolaborasi dan bekerjasama dengan PT. Amman Mineral, PT Astra Komponen Indonesia, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD Dr Soetomo), Fakultas Kedokteran UNAIR, dan Fakultas Kedokteran UGM.
“Saya turut mengucapkan rasa terimakasih kepada PT. Amman Mineral yang telah menjadi sponsor utama dalam pelaksanaan Bakti NTB kali ini melalui program-program social impactnya,” ucapnya.
Tak lupa dr. Sisca menyebutkan PT. Astra Komponen Indonesia juga memberikan bantuan berupa alat ekokardiografi. Nantinya, alat ini akan digunakan untuk deteksi dini penyakit jantung bawaan pada anak-anak di kepulauan. Hal tersebut menjadi fokus RSTKA UNAIR kali ini.
“Saya juga berterimakasih kepada para relawan dari FK UNAIR dan FK UGM yang turut serta dalam Bakti kali ini. Tentu tanpa kerja para relawan ini, visi dan misi RSTKA UNAIR tidak dapat berjalan dengan sukses,” ucap dr. Sisca.
Masalah stunting kini menjadi isu nasional tak kunjung usai terutama pada wilayah kepulauan. Hal ini mendorong RSTKA UNAIR mengusung program peternakan ayam di Lombok Timur. Program tersebut memberikan pemahaman menernak ayam dengan benar dan hasil telurnya dapat dikonsumsi oleh anak anak untuk mencegah stunting.
Tak hanya itu, RSTKA UNAIR juga memberikan pelayanan pada anak anak pulau yang mengalami penyakit jantung bawaan. Terdapat enam kasus anak dengan penyakit jantung bawaaan yang berhasil tim relawan temukan. Melalui fasilitas BPJS, enam anak tersebut akan melakukan tindakan lebih lanjut dengan mengirim rujukan ke RSUD Dr Soetomo.
“Telah ada dua pasien anak dari NTT sebelumnya yang mendapat penanganan. Kedua pasien itu telah menjalani tindakan invasive dan operasi bedah jantung. Alhamdulilahnya, kedua pasien dapat sembuh dan kembali ke NTT,” ungkap dr Sisca.
RSTKA UNAIR juga bekerja sama dengan FK UGM untuk menangani masalah katarak pada masyarakat kepulauan. Sebanyak 99 pasien telah tertangani selama tiga hari oleh tenaga relawan RSTKA Cabang UGM. “Harapannya, dengan hal baik yang telah kami lakukan setidaknya dapat menyelesaikan sedikit dari permasalahan kesehatan di wilayah kepulauan,” tegasnya.(ita)