Melihat permasalahan Kampung di Surabaya seperti sampah, polusi, macet, dan kepadatan rumah, memunculkan inovasi dari dosen Fakultas Keperawatan UNAIR. Bertempat di RT 03/RW 04 Kelurahan Kendangsari Surabaya, Minggu (7/10), Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga merintis kampung pelangi.
Nama Kegiatan Pengabdian Masyarakat “Kelurahan Kendangsari Menuju Kampung Pelangi Surabaya Sebagai Upaya Perbaikan Lingkungan Kota Melalui Strategi Kampung Kreatif”. Dilakukan oleh Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga.
Kegiatan ini dilakukan Elida Ulfiana SKep Ners MKep sebagai ketua panitia, Eka M Ns MKep sebagai pendamping, mahasiswa fakultas keperawatan, dan seluruh warga RT 03 Kendangsari.
Kegiatan ini diinisiasi lantaran banyak sampah berserakan, serta kepadatan rumah penduduk menyebabkan lingkungan terlihat kurang asri. Dosen, mahasiswa, dan warga bersama-sama menghias lingkungan kampung.
Kelurahan Kendangsari dipilih sebagai kampung pelangi lantaran pernah menjadi tempat binaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNAIR. Selain itu, di kampung ini belum tersedia bank sampah, banyak tembok di kampung yang kusam, serta adanya keinginan warga sekitar untuk mengubah lingkungan menjadi yang lebih asri.
Kegiatan dilakukan setiap hari Minggu, untuk mewujudkan Kendangsari sebagai kampung pelang. Terdapat lima tahap rintisan antara lain,
Pertama, identifikasi ide kreatif. Yaitu adanya ide yang disampaikan oleh inisiator. Dalam hal ini, inisiatornya adalah dosen pembina KKN Elida Ulfiana SKep Ners MKep yang memiliki ide untuk mengatasi permasalahan kampung, seperti sampah dan kepadatan rumah penduduk.
Kedua, realisasi ide kreatif. Inisiator mulai mensosialisasikan kampung pelangi ke warga Kendangsari. “Kerja bakti dilakukan setiap hari Minggu dengan mengecat tugu, toko-toko, makam, tembok-tembok rumah yang bermotif macam-macam, serta pengecatan hiasan seperti tampah dan camping yang bertuliskan I love Kendangsari, Kendangsari Penuh Warna, dan Kampung Pelangi Kendangsari,” kata Elida..
Ketiga, penguatan ide kreatif. Yaitu bermitra dengan instansi terkait seperti Dinas Kebersihan Kota Surabaya yang membantu donasi tanaman hias dan pupuk kompos, Bank Sampah Surabaya yang membantu mengelola sampah, kerjasama dengan UKM untuk pelatihan batik celup Chibori, dan Perusahaan cat seperti Avian dan Nippon Paint.
Tahap keempat, penentuan ruang atau basis. Berada di rumah warga untuk berkoordinasi agar mendapatkan tempat untuk pertemuan dengan warga membahas rintisan kampung pelangi ke depan.
Tahap kelima, evaluasi. Ke depan, kampung pelangi akan dikelola secara mandiri oleh masyarakat Kendangsari, Surabaya.
Elida berharap, kegiatan ini sebagai inisiasi menuju kampung kreatif, salah satunya seperti kampung warna-warni Jodipan Malang.
Syaratnya, harus punya kesinambungan dengan warga, perilaku kebersihan lingkungan, supaya banyak masyarakat lain bisa berkunjung. Ekonomi warga juga harus terangkat, dengan potensi yang ada seperti Batik Chibori.
Chibori adalah seni pewarnaan dari Jepang yang dipadukan batik dengan cara teknik lipatan sasaringan dan pencelupan warna. (ita)