Dua mahasiswa berprestasi (Mawapres) dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya telah terpilih, yakni untuk kategori Sarjana dan Diploma. Dengan terpilihnya sebagai juara pertama Mawapres tingkat ITS, keduanya berhak mewakili ITS untuk bertarung di ajang Mawapres tingkat nasional.
Adalah Regia Puspitasari, mahasiswi Teknik Kimia yang nantinya menjadi wakil ITS dalam kompetisi Mawapres tingkat nasional kategori Sarjana. Serta Khafid Dwi Pradana, mahasiswa Teknik Kimia Industri, untuk kategori Diploma.
Penentuan finalis Mawapres Nasional ini baru akan diumumkan bulan depan. Sedang pengumuman final pemenang Mawapres Nasional ini rencananya dilaksanakan pada 12 Juli mendatang.
Regia Puspitasari yang juga aktif sebagai General Manager Tim Spektronics ITS ini paham betul mengenai energi dan seluk beluknya. Gadis asal Madiun ini akrab disapa Regia.
Di antara puluhan mahasiswa berprestasi yang telah diajukan semua departemen, Regia berhasil menduduki peringkat pertama dan menjadi wakil ITS di tingkat nasional nantinya. “Jujur, saya tidak berekspektasi hingga sejauh ini. Saya hanya berusaha memberikan yang terbaik,” ungkap Regia merendah.
Besar di SMAN 10 Malang yang cukup kompetitif membuat Regia selalu terpacu dalam meraih prestasi. Puluhan kali ia mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tentu tidak serta merta semuanya meraih juara. Berkat doa dan kerja kerasnya ini, Regia berhasil mengantongi belasan sertifikat KTI baik nasional maupun internasional.
Gadis berparas manis ini sering kali mengusung tema energi di beberapa penelitiannya. Dalam salah satu penelitiannya, ia berbicara perihal optimalisasi pada baterai agar mampu bekerja lebih baik. “Saya menciptakan baterai yang memiliki efisiensi tinggi dan ramah lingkungan, Electric Double Layer Capacitor nama alatnya,” tuturnya.
Tak hanya pandai dalam hal karya tulis, Regia pun memiliki kemampuan memimpin yang baik. Wajar saja, selama bergabung dengan tim Spektronics, ia dan rekan-rekannya berhasil mengantongi banyak juara. Karena hasil kerja yang dinilai bagus, rekan timnya mempercayakan tim penghasil mobil berbahan reaksi kimia ini di tangannya.
Ia sangat bersyukur karena mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya. “Utamanya ayah saya. Beliau rela menemani saya dan memberi masukan terus sejak saya kecil,” ujar gadis berkacamata ini. Ia sadar, ada harapan dari banyak pihak tertuju padanya. Karenanya, ia akan memberikan yang terbaik untuk kompetisi ini.
Kategori Diploma
Kegemaran mengikuti LKTI juga dialami Khafid Dwi Pradana. Berawal dari hobinya melakukan penelitian dan mengikuti kompetisi KTI, pria yang akrab disapa Khafid ini akhirnya berhasil terpilih sebagai juara pertama Mawapres ITS untuk kategori Diploma.
Sejak duduk di bangku SMA, Khafid memiliki semangat belajar yang tinggi dan selalu mengikuti berbagai jenis perlombaan. Ia menyukai kompetisi yang berhubungan dengan robotik, desain kapal, dan konstruksi jembatan.
“Saya sempat kebingungan bagaimana cara melanjutkan kuliah dan tidak menjadi beban orangtua. Saya pun berpikir agar bisa mendapatkan kampus terbaik dengan memperbanyak prestasi,” tuturnya.
Keputusannya untuk lebih fokus pada KTI merupakan hal yang tidak mudah bagi Khafid, namun usahanya akhirnya membuahkan sederet prestasi membanggakan.
Diantaranya, berhasil menjadi juara 3 tingkat nasional Interdisciplinary Scientific Competition for Nation Development (ISCOOL), partisipan di ajang Young Engineers and Scientist Summit (YESS) Reseacrh of Applied Chemistry Competition (REACTION), semifinalis lomba KTI Smart Innovation and Writing, dan masih banyak lagi.
“Tahun ini saya mencoba mendaftarkan diri sebagai mawapres dengan mengajukan penelitian saya mengenai gelatin halal dari sisik ikan. Alhamdulillah setelah melalui beberapa tahapan penilaian, akhirnya saya dapat mewakili ITS di tingkat nasional,” ujar pria asal Jombang ini penuh syukur.
Di akhir, pria yang aktif sebagai relawan pengajar Ikatan Mahasiswa Jombang (IMJ) ini menambahkan, ia ingin memberikan semangat pada masyarakat Jombang untuk terus berprestasi. “Saya ingin menanamkan keyakinan bahwa anak yang berasal dari desa pun bisa memiliki potensi yang baik,” pungkasnya tersenyum. (ita)