Bercocok tanam kini menjadi aktivitas baru yang dilakukan para lanjut usia di wilayah Medokan Semampir, Sukolio, Surabaya. Sebanyak 45 lansia diajak oleh mahasiswa profesi dan dosen Departemen Promosi Kesehatan dan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (Unair) untuk melakoni agroterapi pada Selasa (1/8).
Mahasiswa profesi yang juga penanggung jawab acara, Putri Mulyasari, mengatakan para lansia diajak mengikuti pelatihan pemanfaatan limbah botol bekas dan sampah rumah tangga sebagai media tanam. Pelatihan yang dilaksanakan di balai rukun warga wilayah setempat juga dihadiri oleh kader lingkungan dan kader lansia.
Agroterapi adalah terapi stres dengan menggunakan tanaman sebagai media. Tumbuhan ditanam di botol bekas dan digantung secara vertikal. Ada tanaman sawi, kangkung, bayam merah, tomat, cabai, dan terung.
“Kami mengajari mereka untuk menanam bibit secara mandiri hingga proses panen. Vertical garden (kebun vertikal) bisa memuat sekitar 120 botol. Nanti pengairannya juga nggak susah karena airnya tinggal mengalir dari atas ke bawah,” tutur Putri.
Nantinya, tanaman kebun vertikal akan ditempatkan di balai rukun warga. Para lansia juga membentuk jadwal piket agar tanaman-tanaman tersebut tetap terawat. Selain itu, mereka juga dianjurkan untuk memupuk tanaman-tanaman dengan menggunakan vetsin, air cucian beras, dan sari-sari sayuran.
Di samping mengajari lansia bercocok tanam, kelompok mahasiswa profesi juga membagikan bibit-bibit tanaman sawi kepada warga sekitar.
Dosen asal Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Keluarga Gerontik, Setho Hadiyusmana SKep Ns MNS menjelaskan bahwa para lansia juga rentan mengalami stres. Pada orang yang berusia lanjut, stress diakibatkan berbagai faktor seperti sindrom post-power hingga kesehatan.
“Lansia cenderung post-power syndrome. Dulu biasanya sibuk bekerja tetapi sekarang sudah tidak melakukan apa-apa. Bisa stress karena ditinggal orang terdekat karena perceraian, anak dan cucu sudah tidak tinggal serumah, atau bisa jadi karena tidak menikah. Penurunan kapasitas tubuh (sakit-sakitan) juga bisa menjadi penyebab stres pada lansia,” tutur Setho.
Setho mengatakan, untuk mengurangi rasa stres, lansia perlu memiliki aktivitas alternatif. Umumnya, memelihara hewan menjadi sarana terapi bagi lansia. Namun, merawat tanaman juga bisa menjadi alternatif bagi lansia. Sebab, perawatan tumbuhan tak begitu menyita waktu dan ruang para lansia khususnya bagi mereka yang tinggal di perkotaan.
“Jika nanti sudah panen, sayuran tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Hidup sehat itu tidak mahal kok karena bisa dari kebun sendiri. Jadi, meski sudah di usia lanjut, kita masih tetap produktif dan tidak menggantungkan produk-produk dari luar,” ungkap Setho. (yul)