PT Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI) kembali ekspor daduk (Sugarcane Top/SCT) 34 ton ke Jepang dari Hak Guna Usaha (HGU) PG Djatiroto Lumajang. Ekspor tersebut merupakan yang ketiga kalinya setelah dilakukan pada bulan Februari dan Agustus 2020 lalu.
“Hari ini kami mengirimkan kurang lebih 34 ton SCT atau lebih dikenal daduk yang berasal dari kebun HGU milik PG Djatiroto dengan tujuan negara Jepang. Pasar masih terbuka luas, kami ambil peluang emas ini untuk memperkuat core bisnis PTPN XI. Kami berkomitmen untuk menjaga performa core bisnis tetapi juga mengoptimalkan resource yang ada sebagaimana program strategik PTPN XI”, jelas Kepala PUSLIT Sukosari Nanik Tri Ismadi yang menjadi penanggungjawab program ekspor SCT, akhir pekan lalu.
Selain bermanfaat secara ekonomis, pengambilan daduk dari kebun juga memiliki berpengaruh bagi pertumbuhan tebu serta berbagai manfaat lainnya.
Ekspor ini selain menambah nilai ekonomis karena selama ini daduk berlimpah dan dianggap sampah. Pengambilan daduk mendukung pekerjaan klentek (kegiatan membuang daun tebu yang sudah tua-red), sehingga tanaman tebu menjadi bersih dan dapat menaikkan proses pembentukkan gula dalam batang tebu.
Selain itu, juga mendorong tebu cepat masak, memperbaiki sanitasi kebun, dan membantu mempermudah persiapan lahan setelah tebu ditebang untuk pengolahan lahan selanjutnya. “Tentunya tidak semua diambil habis masih ada yang dibiarkan agar terurai dan menambah unsur hara tanah lahan ” terang Nanik dalam rilisnya melalui Humas PTPN XI Brilliant Johan.
Pihaknya mengumpulkan daduk setiap hari selama musim giling dan memproses daduk hingga siap dikirim ke luar negeri. Daduk kering sebagai bahan SCT dikumpulkan setiap hari selama musim giling oleh Tim khusus pencari daduk dari kebun HGU Jatiroto yang dekat dengan lokasi pabrik SCT untuk kemudian dicacah dengan mesin crusher dengan panjang cacahan 3 hingga 5 cm.
Kemudian dijemur dibawah sinar mata hari hingga kering. Setelah kering dengan kelembaban 12% siap untuk dipressing. Faktor cuaca sangat mempengaruhi proses pengeringan bahan SCT hingga supply bahan baku daduk yang masih belum stabil, menjadi kendala saat ini. “Kami juga membuka kerjasama bagi petani tebu untuk suply bahan baku “, lanjutnya.
Asumsi perolehan jumlah daduk sebanyak 2 persen pada saat masa pemeliharaan atau klentekan dan 10 persen pada saat musim giling/panen dan protas sebesar 800 Ku/Ha, maka potensi pasokan daduk diperkirakan ± 16 Ku/Ha pada masa pemeliharaan dan ± 80 Ku/Ha pada masa panen.
Langkah manajemen tersebut mendapat apresiasi dari Dewan Komisaris PTPN XI Dedy Mawardi yang juga melakukan kunjungan kerja virtual ke Pabrik Gula Djatiroto di hari yang sama.
“Kami memberikan apresiasi dan support langkah manajemen dalam menjaga performa bisnis korporasi, memperkuat core bisnis dan mengoptimalkan aset dan sumber daya yang ada agar bisa berkelanjutan terutama disaat seperti ini. Terobosan memang harus dilakukan, jangan lagi memiliki mainset menjalankan bisnis as ussual, ini menjadi nilai tambah bagi PTPN XI ” jelas Komisaris Utama PTPN XI Dedy Mawardi. (jnr)