Produk Pakan Ternak Bebas Residu
KOMUNITAS PERISTIWA

Produk Pakan Ternak Bebas Residu

Penggunaan obat-obatan dalam usaha peternakan hampir tidak dapat dihindarkan. Hal itu karena ternak diharapkan selalu dapat berproduksi secara optimal untuk selalu dalam keadaan sehat.

Permasalahan tersebut membuat Prof Dr Ir Sri Hidanah MS melakukan penelitian tentang pengembangan produk pakan suplemen bebas residu antibiotik. Saat dikukuhkan menjadi guru besar Universitas Airlangga ke 486 pada Sabtu (29/11) lalu, Prof Sri menyampaikan beberapa hasil penelitiannya.

“Pemakaian antibiotika secara tidak tepatdapat akan menimbulkan residu dalam produk daging, dan telur,” ungkapnya.

Guru besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) tersebut mengungkapkan residu merupakan suatu permasalahan yang serius yang selama ini mungkin tidak disadari oleh konsumen.

Daging dan telur yang mengandung residu antibiotik jika dikonsumsi secara terus menerus akan membahayakan dan menurunkan kesehatan masyarakat.

Prof Sri dalam pidatonya mengungkapkan jenis residu antibiotik yang terdapat pada daging ayam meliputi Sulfa, Oksitetrasiklin, Enrofloksasin, dan Tetrasiklin. Sementara residu pada hati ayam adalah jenis Oksitatrasiklin, Siprofloksasin, Enrofloksasin, Makrolida dan tetrasiklin.

“Sampel yang saya temukan dari pasar modern dan tradisional di Surabaya dan Jakarta ternyata telur, daging, hati, dan ceker memiliki residu antibiotik,” ujarnya.

Pelarangan penggunaan Antibiotic Growth Promoters (AGP) di Indonesia sebagai imbuhan pakan berdampak kepada peternak unggas. Sebagai langkah antisiatif, perlu adanya suplemen bebas reside antibiotik.

Sebagai alternatif, berbagai produk bisa digunakan sebagai produk alternatif pengganti AGP seperti enzim, probiotik, prebiotik, essensial oil, asam organik, simbiotik, dan bioaktif tanaman.

Tidak hanya itu, produk nano partikel ekstrak tanaman meniran dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan alternatif yang disebabkan penyakit Avian PhatogenicEscherichia coli (APEC), Salmonellosis, Chronic respiratory disease (CRD) pada ayam pedaging dan petelur yang berpotensi sebagai penghambat pertumbuhan dan produktivitas.

“Penggunaan ekstrak meniran yang telah dicampur dengan mineral dengan dosis 3-5 kg/ton pakan jadi, dapat memacu produksi dan kualitas telur,” tuturnya.

Prof Sri juga menambahkan penggunaan ekstrak meniran dapat memacu pertumbuhan unggas, menurunkan konversi pakan, mencegah diare, serta dapat mengeringkan dan mengurangi bau kotoran. Ekstrak meniran, imbuhnya, dapat digunakan sebagai pengembangan antibiotik alami dan immunumodulator yang murah dan aman dari residu antibiotik. (ita)