Sedikitnya 1.500 kalangan soekarnois, marhaenis dan nasionalis se-Jawa Timur bakal menegaskan dukungannya kepada pasangan Calon Gubernur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Calon Wakil Gubernur Puti Guntur Soekarno di Grand City Convention Centre Surabaya, Jumat (11/5).
Penegasan dukungan para pengagum Bung Karno itu disampaikan langsung di depan Guntur Soekarno Putra, yang juga ayahanda Puti Guntur Soekarno. Putra pertama Presiden pertama RI itu bakal hadir di acara Temu Kangen Barisan Soekarnois Jawa Timur bersama Guntur Soekarno Putra.
Informasi dari panitia, acara itu akan dihadiri 1.500-an tokoh dari eksponen barisan Soekarnois di Jawa Timur. Di antaranya dari elemen organisasi kaum nasionalis, budayawan, akademisi, elemen GMNI, dan kalangan relawan.
Ketua Tim Pemenangan Internal PDI Perjuangan untuk Gus Ipul-Mbak Puti, Ahmad Basarah, memastikan Guntur akan hadir di Grand City untuk bertemu dengan para pencinta Soekarno se-Jawa Timur.
“Sejak menghilang dari panggung politik nasional awal tahun 1970-an, baru kali ini Mas Tok (sapaan akrab Guntur) mau tampil lagi di hadapan publik,” kata Ahmad Basarah, Kamis (10/5) malam.
Politisi yang juga Wakil Ketua MPR RI itu menyebutkan, Guntur diagendakan akan menyampaikan pidato kebangsaan. Selain itu, Guntur juga bakal minta doa restu dan dukungan kepada masyarakat Jatim, khususnya kaum Soekarnois, atas pencalonan putri semata wayangnya, Puti di Pilkada Jatim 2018.
Sementara itu, Ketua Panitia Temu Kangen Barisan Soekarnois Jawa Timur Eddy Wahyudi mengungkapkan, pihaknya sudah mendapat kepastian antara 1.500 hingga 2.000 Kaum Soekarnois yang bakal hadir. Menurutnya, mereka terdiri dari 34 simpul organisasi yang berbasis nasionalis.
Mas Tok, jelas Eddy, ingin menyapa dan bertemu Barisan Soekarnois serta Front Marhaenis secara langsung. Gaya pidato Guntur yang mirip Bung Karno, sebut Eddy, akan mengobati rasa kangen kalangan nasionalis terhadap Bapak Pendiri Bangsa.
Sejak zaman orde baru, imbuh Eddy, Guntur jarang terlihat di muka umum. Padahal, imbuh Eddy, pria kelahiran Jakarta 3 November 1944 ini sempat diharapkan masyarakat bisa menggantikan Bung Karno sebagai pemimpin nasional. (sak)