Selama ini, stigma seorang santri yang beredar di masyarakat identik dengan dunia agama. Namun, melalui acara Dokter UNAIR TV, seorang santri berhasil membalikkan pandangan tersebut.
Dalam Acara yang bertajuk “Dari Pesantren ke FK: Kisah Perjuangan Calon Dokter Santri” pada Jumat (30/08), seorang santri berbagi kisah inspiratifnya tentang perjuangan meraih mimpi menjadi dokter di UNAIR.
Ryan Nur Fikri, mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR), membagikan perjalanan hidupnya. Ia bercerita, bahwa ketertarikan awal masuk pesantren tumbuh setelah membaca novel Negeri 5 Menara yang memberikan ketenangan hati.
“Saya merasa ada panggilan dalam hati setelah membaca novel itu. Saya pun mencari tahu lebih jauh tentang pesantren. Akhirnya memutuskan untuk melanjutkan studi di Pondok Modern Darussalam Gontor,” ujar Ryan.
Ryan menjelaskan, kehidupan di pondok Gontor sangat berpusat pada masjid dan kyai sebagai figur sentral. Kegiatan sehari-hari santri meliputi mengaji, belajar di sekolah, salat, dan belajar malam terbimbing.
“Di pondok, kami juga menggunakan bahasa Inggris dan Arab dalam komunikasi sehari-hari. Sehingga kami terbiasa dengan disiplin yang tinggi dan lingkungan yang religius. Saya menempuh pendidikan selama enam tahun, dengan satu tahun pengabdian wajib setelah lulus,” tambah mahasiswa angkatan 2022 itu.
Setelah menyelesaikan masa pengabdian, Ryan menjelaskan perjuangannya mengejar ketertinggalan dalam persiapan masuk FK. Ia menyebut, selama satu bulan setelah masa pengabdian mengikuti les intensif.
“Selama satu bulan, saya fokus mengejar semua materi hingga alhamdulillah diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Namun, saya merasa saat ini sudah banyak jalur masuk untuk santri ke universitas, seperti jalur tahfidz dan lainnya,” ungkap Ryan.
Lebih lanjut, Ryan mengungkapkan saat awal masa studi sempat mengalami culture shock. Ia menceritakan, sempat merasa minder dengan latar belakangnya sebagai santri dan mencoba menyembunyikannya.
“Saya merasa tidak percaya diri, tetapi seiring waktu, teman-teman saya mengetahui latar belakang saya dan justru menghormati saya lebih dari sebelumnya,” ucapnya.
Pada akhir, Ryan menyampaikan pesan kepada para santri agar tidak minder dan terus berusaha meraih impian. Seorang santri, katanya, dapat menggapai impian yang tinggi dan berkontribusi dalam berbagai bidang, termasuk kedokteran.
“Pendidikan agama dan karakter yang kuat adalah fondasi utama. Dengan fondasi tersebut, kalian bisa meraih cita-cita apa pun, baik sebagai dokter, pengusaha, atau profesi lainnya. Yang penting, jangan pernah berhenti berdakwah di ladang apapun yang kalian pilih,” pungkasnya. (ita)