Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berbenah dalam meningkatkan kualitas layanan informasinya melalui situs resminya www.its.ac.id.
Hal tersebut dibuktikan dengan naiknya peringkat ITS di perankingan Webometrics dari peringkat ke-8 menjadi peringkat ke-7 se-Indonesia.
Webometrics sendiri merupakan lembaga internasional yang melakukan penilaian terhadap perguruan tinggi di seluruh dunia berdasarkan website-nya setiap enam bulan sekali.
Wakil Rektor IV ITS Bidang Penelitian, Inovasi, dan Kerja Sama, Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc mengatakan, hasil yang didapat menunjukkan bahwa perbaikan yang telah dilakukan terhadap website ITS sudah sesuai dengan apa yang direncanakan.
“Hal ini dapat dilihat dari peringkat ITS berdasarkan Webometrics yang dalam tiga tahun terakhir terus mengalami kenaikan,” tutur pria yang kerap disapa Ketut ini.
Adapun beberapa aspek yang menjadi perhatian Ketut bersama tim selama ini antara lain dari sisi visibilitas, konten atau isi, dan excellence.
Ketut pun menjelaskan, aspek visibilitas menjadi standar seberapa mudah suatu website untuk diakses dan dipahami oleh masyarakat.
“Untuk memudahkan diakses oleh orang asing, website ITS juga telah menyediakan konten berbahasa Inggris,” terangnya.
Selain itu, ia pun mengatakan bahwa desain website ITS juga telah banyak diubah mengikuti warna dan tren millennial (kekinian, red) agar semakin menarik dan memperbanyak orang yang mengakses.
“Website ITS juga didesain lebih interaktif dengan berbagai foto bergerak dan tidak terkesan monoton,” imbuh Guru Besar Teknik Sistem Perkapalan ITS itu.
Selanjutnya dari segi excellence, Ketut menerangkan bahwa aspek ini menjadi salah satu parameter penilaian Webometrics berdasarkan jumlah artikel-artikel ilmiah yang dipublikasikan.
Ia pun menuturkan, sekarang ini ITS telah menerapkan kebijakan yakni semua penelitian seperti tugas akhir (TA), tesis, disertasi, dan lain-lain yang dilakukan oleh mahasiswa ataupun dosen akan diberikan waktu dua tahun untuk dipublikasikan ke jurnal internasional.
“Apabila setelah dua tahun penelitian tersebut tidak dipublikasikan, maka akan dimasukkan ke perpustakaan ITS,” ujar pria asal Singaraja, Bali itu.
Selain dua hal tersebut, menurut Ketut, yang tak kalah penting dari suatu website adalah mengenai konten atau isinya. Ia pun menyampaikan bahwa website ITS sendiri berhubungan dengan berbagai website mulai dari perpustakaan, departemen, fakultas, ataupun unit-unit lain di ITS.
Oleh karena itu, ia pun menekankan adanya standarisasi untuk semua website baik dari segi desain, warna, ataupun konten yang ingin ditampilkan agar seragam.
Ketut tak lupa menyampaikan bahwa perlu adanya koordinasi dan manajemen yang baik agar segala informasi yang ada di masing-masing website tersampaikan juga di website utama ITS.
“Apapun potensi yang dimiliki ITS harus dapat dimunculkan dan terus diperbarui, misalnya mengenai informasi pendidikan, penelitian dan inovasi, serta proyek yang dilakukan ITS untuk masyarakat,” paparnya.
Lebih lanjut, Ketut mengungkapkan bahwa jika sebelumnya menggunakan sistem digital library (digilib), saat ini perpustakaan ITS sudah menggunakan sistem repository yang lebih mudah untuk dikenali oleh search engine atau mesin pencari di internet.
“ITS kini juga sedang menyiapkan sistem e-lib yang mana sistem tersebut akan lebih kuat karena memiliki kapasitas yang besar,” ungkapnya.
Di samping itu, Ketut mengatakan, pihaknya juga tengah melakukan program Search Engine Optimation (SEO) agar dokumen-dokumen yang dimiliki ITS semakin mudah untuk diakses. Salah satu dari program tersebut adalah dengan menambah kapasitas bandwidth atau nilai konsumsi transfer data.
Pria kelahiran tahun 1971 itu pun menuturkan, tak hanya kapasitas bandwidth domestik saja yang diperbesar, tetapi juga bandwidth internasional. “Keduanya akan dinaikkan dari lima gigabyte menjadi sepuluh gigabyte,” ujarnya.
Di akhir, pria yang meraih gelar doktor di Universitas Kobe, Jepang ini menegaskan harus optimistis bahwa peringkat ITS akan terus naik ke depannya, dikarenakan potensi untuk memperbaiki masih besar.
Namun, ia pun mengingatkan bahwa perbaikan kualitas dan kinerjalah yang seharusnya menjadi acuan, bukan semata-mata karena ranking. “Apabila kinerja dan kualitas yang kita berikan bagus, maka (posisi) ranking akan mengikuti,” tandasnya. (ita)