Penerima KIP Bekerja Mencuci Bus
PROFIL

Penerima KIP Bekerja Mencuci Bus

Dari jutaan siswa penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP), tersimpan jutaan kisah yang tak banyak diketahui masyarakat. Salah satunya adalah kisah Habiatul Hidayatullah, penerima KIP dari Kota Cilegon, Banten, yang mencari nafkah dengan mencuci bus di terminal dan menjadi juru parkir.

Setelah tamat dari SMP, Habiatul memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya ke pendidikan kesetaraan dengan mengambil Paket C di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Melati Cibeber, Cilegon. “Karena ekonomi keluarga saya tidak memadai untuk masuk ke SMA,” tuturnya.

Penyuka sepak bola itu lulus dari SMP Al-Ishlah Cilegon pada tahun 2015. Saat itu ia memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah karena sadar akan keterbatasan ekonomi keluarganya. Ayah Habiatul seorang buruh pabrik yang penghasilannya tidak seberapa, sedangkan ibunya bekerja sebagai buruh sawah. “Dari saya juga ada rasa ingin putus sekolah,” kata Habiatul.

Mengetahui niat Habiatul itu, sang kakak yang seorang pengajar di PKBM, menganjurkannya untuk melanjutkan pendidikan dengan mengambil Paket C di PKBM tempatnya mengajar. “Jadi kakak saya yang ngurusin semuanya. Saya tinggal masuk aja,” ujar Habiatul yang tahun depan akan menghadapi ujian nasional pendidikan kesetaraan (UNPK) itu.

Belajar di PKBM memang berbeda dengan sistem belajar mengajar di sekolah reguler. Habiatul menjelaskan, teman-temannya di PKBM sebagian besar memang sudah bekerja, sehingga mereka hanya belajar di PKBM seminggu sekali, yakni pada hari Sabtu atau Minggu. “Kalau saya ambil yang hari Sabtu,” kata anak bungsu itu.

Lalu apa yang dilakukan Habiatul di hari Senin hingga Jumat? “Saya mencuci bus di terminal, atau jadi tukang parkir,” ujarnya lugas. Tanpa menyebutkan berapa penghasilannya, ia mengaku uang yang diterimanya cukup untuk jajan dan membantu kedua orang tuanya.

Habiatul yang baru tahun ini terdaftar sebagai penerima KIP, berniat memberikan dana KIP yang diterimanya kepada orang tua. “Uangnya buat Ibu,” tuturnya. Sebagai penerima KIP dari jenjang pendidikan setara SMA/SMK, Habiatul berhak atas bantuan pendidikan sebesar Rp 1 juta/tahun dari pemerintah Indonesia.

Habiatul sadar, keterbatasan ekonomi yang dimilikinya tidak boleh menghalanginya untuk bersekolah dan bercita-cita. Karena itulah, sambil bekerja, iapun tetap giat melanjutkan pendidikannya di PKBM.

Ditanya mengenai cita-citanya, penyuka pelajaran IPA itu tidak menjawab secara spesifik mengenai bidang atau profesi apa yang menjadi cita-citanya. “Yang jelas saya ingin jadi orang sukses,” katanya tegas. Semoga sukses, Habiatul. Jadilah orang sukses yang berbakti kepada orang tua dan negara. (sak)