Pendekar Arsitektur Nusantara di GBK
KOMUNITAS PERISTIWA

Pendekar Arsitektur Nusantara di GBK

Lebih dari 100 hektar Kawasan Gelora Bung Karno (GBK) merupakan lahan terbuka hijau. Kawasan ini dimanfaatkan sebagai area berbagai aktivitas masyarakat baik olahraga maupun non olahraga.

Kawasan olahraga GBK memiliki venue berstandar internasional yang terintegrasi dan dilengkapi dengan fasilitas umum serta dalam balutan ruang terbuka hijau.

Renovasi terbesar dalam sejarah keberadaan GBK menghadirkan wajah baru yang menghiasi bangunan-bangunan tua yang berusia lebih dari setengah abad dan tersebar di beberapa titik dalam kawasan GBK.

Perubahan jaman yang begitu dinamis tidak merapuhkan nuansa bangunan klasik ala cagar budaya yang menjadi warisan bangsa ini.

Karena renovasi yang dilakukan menjelang perhelatan Asian Games 2018 tidak mengubah struktur bangunan-bangunan cagar budaya yang ada di dalam kawasan GBK.

Sentuhan penataan landscape yang sangat kental dengan ragam kekayaan budaya Indonesia pun kian mempercantik kawasan GBK. Salah satunya, sentuhan dingin dari seorang Arsitek Senior berjulukan “Pendekar Arsitektur Nusantara”.

Arsitek bernama Gregorius Yori Antar atau yang lebih dikenal dengan nama Yori Antar berhasil memasukkan unsur ragam budaya nusantara yang saling bersinergi di dalam kawasan GBK. Keanekaragaman budaya kental terlihat, khususnya pada ornamen yang menghiasi empat plaza utama.

“Seperti yang kita tahu, GBK memiliki konsep yang sangat kental dengan peninggalan masa kemerdekaan. Ini merupakan pengembangan visi dari Presiden Soekarno melalui para ahli arsitek dan sipil yang berasal dari Rusia,” kata Yori.

Yori juga menjelaskan bahwa arsitektur bergaya modern klasik mewarnai pembangunan komplek GBK.

Penataan kawasan menitikberatkan pada gaya arsitektur modern klasik yang harus tetap dijaga sehingga tugas kami adalah memperkaya landscape khususnya di empat plaza utama. Tantangan yang dihadapai adalah bagaimana menghadirkan ke-Indonesiaan kita.

Masyarakat Indonesia memiliki DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) dua musim sehingga memiliki kecenderungan untuk banyak beraktivitas di luar (outdoor).

Ini yang mendasari Yori beserta timnya untuk menghadirkan ruang-ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan beragam aktifitas.

“Ruang outdoor ini dimanfaatkan juga untuk merepresentasikan taman yang ramah lingkungan berhiaskan kekayaan tradisi dan budaya nusantara baik berupa tari, tenun, patung dan ukiran-ukiran”, jelas Yori Antar.

Keempat plaza utama di dalam kawasan GBK dihiasi oleh beragam budaya yang mewakili empat penjuru wilayah Indonesia. Plaza Barat dihiasi oleh budaya yang berasal dari wilayah Indonesia Barat.

Ragam budaya dari wilayah Indonesia Tengah menghiasi Plaza Utara (sisi utara) sedangkan sisi selatan dari wilayah Indonesia Tengah menjadi hiasan bangunan Plaza Tenggara. Plaza Timur sendiri dipercantik dengan hiasan budaya dari wilayah Indonesia Timur.

Plaza Barat dengan ornamen motif Batik Parang dari Pulau Jawa dan motif Songket dari Palembang merupakan bukti dari representasi ragam budaya yang ada di wilayah Indonesia Indonesia Barat.

Hiasan budaya ini tampak berpadu dengan motif DNA manusia pada bangunan Plaza Barat. Selain itu, lekukan pada dinding pembatas plaza juga merupakan representasi dari Tarian Sirih Kuning.

Representasi budaya dari wilayah Indonesia Tengah (sisi utara) pada Plaza Utara adalah motif Batik Benang Bintik dari pulau Kalimantan dan motif Tongkonan dari Toraja.

Seperti halnya bangunan plaza lainnya, ornament dari kedua motif ini tampak berpadu cantik dengan motif DNA manusia. Sementara motif lekukan pada dinding pembatas Plaza Utara adalah representasi dari Tarian Burung Enggang.

Motif Sasambo dari Lombok dan motif Gringsing dari Bali Plaza Tenggara menjadi perwakilan budaya dari wilayah Indonesia Tengah (sisi selatan). Kedua motif ini berpadu dengan motif DNA manusia menghiasi bangunan Plaza Tenggara.

Tentu saja, lekukan pembatas plaza juga terlihat apik dengan hiasan budaya yang terinspirasi dari Tarian Pendet.

Representatif budaya dari wilayah Indonesia Timur diwakili oleh motif Asmat dari Papua dan motif Patung Kesuburan dari Maluku. Ornamen budaya ini tampak apik berpadu dengan motif DNA manusia sementara lekukan pembatas plaza terinspirasi dari Tarian Mambri.

Penataan landscape yang berpadu dengan keragaman budaya menjadikan kawasan GBK lebih cantik dan membuat ruang terbuka GBK memiliki warna tersendiri.

Tidak hanya sekedar sebagai kompleks olahraga kebanggaan bangsa Indonesia, GBK menjadi kawasan ruang terbuka hijau berarsitektur megah yang memamerkan kekayaan budaya Indonesia. (ist)