Tepuk membahana memecahkan suasana ruang tunggu keberangkatan atau boarding room di Gate 9 Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Keriuhan dari sekitar seratusan orang yang umumnya memakai batik itu terjadi tatkala menyaksikan pesawat Airbus A380 seri 800 milik maskapai Emirates Airlines menyentuh tarmac landasan pacu sepanjang 3.500 meter pukul 16.35 WITA, Kamis (01/06) lalu.
Orang-orang di ruang tunggu itu sudah sejak siang hari dengan sabar menanti kedatangan pesawat komersial terbesar di dunia itu yang terbang langsung dari Dubai, kota di Uni Emirat Arab. Pesawat raksasa dengan badan tingkat (double decker) bernomor penerbangan EK-368 itu berangkat dari Bandara Internasional Dubai pukul 03.49 waktu setempat di hari yang sama. Sebanyak 482 penumpang diangkut di dalam penerbangan pesawat berkode registrasi A6-EUR.
Usai menyusuri ujung landasan pacu dan berbelok menuju taxiway, burung besi berjuluk superjumbo ini disambut water salute dari dua unit mobil pemadam warna hijau dari Unit Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PK-PPK) Bandara Internasional Ngurah Rai.
Inilah untuk pertama kalinya bandara di Indonesia disinggahi Airbus A380-800 sebagai penerbangan berjadwal. Selama ini, maskapai nasional UEA melayani rute Dubai-Denpasar dan sebaliknya setiap hari memakai dua unit Boeing 777 seri 300ER. Rute itu sendiri sudah dilayani sejak 2015. Namun, baru sekarang Emirates memutuskan untuk mengganti peran salah satu burung besi 777-300ER dengan A380-800.
Langkah itu menjadikan Bandara Internasional Ngurah Rai sebagai bandara ke-53 di dunia yang didarati si superjumbo milik Emirates. Menariknya, di antara kru pesawat A380-800 yang melakukan penerbangan perdana terdapat warga negara Indonesia, salah satunya adalah pilot yang membawa pesawat dari Dubai ke Denpasar bernama Kardibaldi Wardaja, mantan penerbang pada maskapai Merpati Airlines dan Lion Air.
Kedatangan pesawat bersayap sepanjang 79,5 meter ini merupakan sebuah peristiwa bersejarah bagi dunia penerbangan di tanah air. Itu sekaligus menjadi bentuk kepercayaan dunia internasional terhadap layanan kebandaraan di Indonesia. Pasalnya, untuk menyiapkan kedatangan satu unit pesawat yang mampu mengangkut hingga 615 penumpang itu dibutuhkan persiapan matang.
“Persiapan dilakukan sejak awal 2023 setelah menerima permohonan dari pihak Emirates. Kami membuat intermediate holding point khusus A380, menggeser lampu petunjuk ambang batas landas pacu (runway threshold identifier lights) 10,5 meter menjauhi sisi runway. Kami juga persiapkan gate khusus untuk memarkirkan pesawat, menambah jumlah check-in counter dan lainnya. Jadi, ini membutuhkan persiapan matang dan pembahasan berbulan-bulan bersama sejumlah pihak terkait,” ucap Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi.
Apalagi setiap pesawat harus dilayani oleh dua unit garbarata (aerobridge), petugas groundhandling dua kali lipat dari biasanya, termasuk ketersediaan avtur. Sebab, dalam setiap pengisiannya hingga penuh, si superjumbo ini mampu meneguk hingga 118 kiloliter (kl) avtur alias 118.000 liter. Padahal, pesawat sejenis B777-300ER yang berkapasitas 350 penumpang saja, daya tampung bahan bakarnya hingga penuh tak sampai 20 kl.
Belum lagi kesiapan aparat Direktorat Jenderal Imigrasi dalam hal pemeriksaan dokumen keimigrasian ratusan penumpang yang diangkut A380. Kepala Kantor Imigrasi Bandara Internasional Ngurah Rai, Sugito seperti dilansir Antara, menyebut bahwa pihaknya telah menambah jumlah petugas menjadi 10 orang. tambahan petugas Imigrasi dikerahkan untuk jam kerja pagi dan malam masing-masing lima orang.
Dengan demikian, total petugas yang bersiaga di tempat pemeriksaan imigrasi menjadi 49 orang di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Selain itu, pihaknya juga menyiapkan antrean khusus bagi penumpang rentan, misalnya penyandang disabilitas, penumpang usia lanjut, dan ibu hamil. “Mengingat kedatangan A380-800 terjadi pada jam sibuk, maka kami pastikan untuk memberikan layanan terbaik,” ujar Sugito.
Pemulihan Pariwisata
Terlepas dari itu semua, pendaratan perdana si superjumbo yang sanggup terbang nonstop sejauh 15.700 kilometer tersebut memberi dampak positif bagi kebangkitan pariwisata Pulau Dewata yang sempat terjerembab pada masa awal pandemi. Jika sebelum pandemi, menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bali masih dipadati sekitar 6,07 juta wisatawan mancanegara (wisman) pada 2018 dan 6,27 juta di 2019.
Hal serupa juga ditunjukkan oleh data pihak Emirates yang menyebutkan bahwa sepanjang melayani rute menuju Denpasar, terjadi pertumbuhan penumpang mencapai 23 persen. Tahun 2018 menjadi pencapaian tertinggi Emirates mengangkut penumpang dari dan menuju Bali, yakni mencapai 510 ribu pergerakan orang. Namun kondisi itu menjadi terbalik saat pandemi. Menurut Kemenparekraf, terjadi penurunan kunjungan wisman hingga 82,01 persen dan Emirates ikut menghentikan rute Bali, April 2020 sebelum membukanya kembali pada 4 Februari 2022.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dalam rilis terbarunya, awal Juni 2023 mengumumkan bahwa jumlah kunjungan wisman ke pulau berpenduduk 4,5 juta jiwa ini secara kumulatif pada Januari hingga April 2023 telah mendekati masa sebelum pandemi. Hingga April, Badan Pusat Statistik Bali mencatat jumlah kunjungan mencapai 1.437.740 orang. Saat pandemi 2020-2022, tingkat kunjungan tak lebih dari 100 ribu orang.
Sejauh ini, wisman asal Australia, India, Tiongkok, Inggris, dan Amerika Serikat mendominasi tingkat kunjungan turis asing ke Bali sepanjang Januari hingga April 2023. Kunjungan turis asal Tiongkok naik 95,79 persen diikuti India (27,29 persen), Inggris (15,61 persen), Australia (14,43 persen), serta AS dengan 9,27 persen. Semakin banyaknya armada pesawat dan jumlah maskapai dunia yang mengunjungi Bali dalam dua bulan terakhir menjadi penyebab mulai bangkitnya tingkat kunjungan.
Selama Januari sampai April 2023, Bandara Internasional Ngurah Rai melayani enam juta penumpang, sebanyak 3,2 juta orang di antaranya penumpang internasional. Gubernur Bali I Wayan Koster yakin, hingga akhir 2023 nanti daerahnya bisa dikunjungi oleh sekitar lima juta wisman, atau melampaui target 4,5 juta orang. Keyakinan itu dilandasi salah satunya oleh kehadiran Airbus A380-800 yang bila beroperasi reguler satu unit setiap hari, maka dalam sepekan dapat membawa masuk sekitar 2.500–3.000 penumpang atau 10.000–12.000 orang per bulan.
Dua Jenis
Senior Vice President Commercial Operation Far East Emirates Orhan Abbas menjelaskan, pihaknya saat ini mengoperasikan sekitar 123 unit Airbus A380-800 atau pemakai terbanyak di dunia. Unit perdana pesawat berukuran panjang 72,7 meter itu diterima pada 28 Juli 2008 atau menjadi maskapai kedua di dunia setelah Singapore Airlines yang mengoperasikannya.
Untuk melayani pasar Indonesia, Emirates mengoperasikan dua jenis A380, yakni tipe dua kelas (bisnis dan ekonomi) serta tipe tiga kelas (kelas satu, bisnis, dan ekonomi) dengan kemampuan membawa penumpang antara 484 orang hingga 615 orang. Seperti dikutip dari website resmi Airbus Company, sejak pertama kali diperkenalkan kepada dunia, 18 Januari 2005 hingga dihentikan produksinya pada 2021, telah dihasilkan sebanyak 251 unit pesawat superjumbo dari pabrik mereka di Toulouse, Prancis.
Pesawat sebanyak itu dioperasikan oleh 14 maskapai dunia, tiga di antaranya dari Asia Tenggara yakni Thai Airways dan Malaysia Airlines masing-masing sebanyak enam unit, dan Singapore Arilines dengan 24 unit. Seluruh A380 digerakkan oleh empat mesin buatan Rolls-Royce tipe Trent 900 meski ada pula yang menggendong mesin berjenis Engine Alliance GP7200 besutan General Electric serta Pratt & Whitney.
Mesin-mesin raksasa itu mampu melajukan pesawat hingga kecepatan 1.050 km per jam dan sanggup terbang sampai ketinggian 13 km di atas permukaan bumi. Semoga pariwisata Bali dan daerah lain di tanah air kembali bangkit dan bisa menyumbang lebih banyak lagi devisa bagi negara. (indonesia.go.id)