Manajemen PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) tetap melaksanakan program windows system, supaya bisa mendapatkan pelayanan kepelabuhanan secara cepat dan optimal.
General Manager Terminal Petikemas Makassar (TPM), Yosef Benny Rohy mengatakan dengan menerapkan windows system, seluruh aktivitas kapal dapat terjadwal dan terencana.
“Sehingga, nantinya tidak ada lagi kedatangan kapal yang menumpuk bersamaan di satu waktu. Hal ini tentu menguntungkan dan bermanfaat bagi semua pihak, di mana kedatangan kapal bisa langsung terlayani tanpa harus menunggu terlalu lama,” jelasnya.
Dia mengakui, saat ini masih terjadi antrian kapal, khususnya di Terminal Petikemas Makassar. Yosef menyadari, hal itu hambatan dan keluhan utama dari para pengguna jasa di pelabuhan terbesar di Kawasan Indonesia Timur (KTI) ini.
Beberapa hari lalu, salah satu harian Nasional memberitakan tentang keluhan sejumlah pengguna jasa yang tergabung dalam Indonesian National Shipowners Association (INSA) Makassar, tentang kongesti yang terjadi di Pelabuhan Makassar hingga katanya merugikan beberapa pengguna jasa yang kapalnya belum atau lambat dilayani bongkar muatnya.
Yosef menuturkan, sebenarnya pihaknya juga tidak menginginkan ada kapal yang antri lama di pelabuhan. “Tetapi, kami juga tidak bisa melakukan bongkar muat jika barangnya belum dilengkapi dengan dokumen yang diperlukan,” tegasnya.
Menurutnya, ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya kongesti, yaitu kapal yang masuk ke Pelabuhan Makassar secara bersamaan kurang lebih 6 hingga 8 kapal perhari. Sedangkan, tambatan yang tersedia maksimal 5 kapal bila panjang kapal dibawah 150 meter dan jika kapal diatas 150 meter kapasitas maksimum 4 kapal.
Selain itu, cuaca ekstrim yang akhir-akhir ini terjadi di Makassar, menyebabkan pihaknya sering menghentikan sementara kegiatan bongkar muat, demi mencegah risiko kecelakaan dan keselamatan.
Namun kata GM TPM, selain kondisi yang telah disampaikan diatas, sebenarnya yang sangat diharapakan adalah pihak pelayaran dapat mengatur kunjungan kapal ke pelabuhan Makassar.
Terutama kapal-kapal non windows sehingga dapat mengurangi kedatangan kapal jika memungkinkan jangan bersamaan, tapi hal itu sering tidak menjadi perhatian oleh para pengguna jasa pelabuhan, yang akhirnya merugikan pengguna jasa sendiri.
“Dari hasil uji coba windows system, hampir sebagian besar perusahaan angkutan petikemas tidak bisa memenuhi hal itu (windows system, red),” ujarnya.
“Bahkan kami sudah memaksimalkan produktivitas dengan bekerja full 24 jam 7 hari nonstop kecuali saat Sholat Jumat. Jadi, jika masih ada kapal yang belum atau tidak bisa terlayani bongkar muatnya dengan cepat, mohon juga dicek kepada pengguna jasa atau pemilik barang, apakah dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap atau belum.”
Pihaknya juga sudah seringkali menyampaikan kepada pengguna jasa tentang perkembangan bongkar muat khususnya untuk muatan terakhir, agar mereka segera mengurus dokumen keberangkatan kapal, sehingga tidak parkir terlalu lama di area Pelabuhan Makassar. (sak)