Hujan mulai berkurang intensitasnya, saat itu sudah larut. Tim Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberanikan diri bertolak kembali ke Dermaga Sorong, Papua Barat, meninggalkan Desa Amdui, Kabupaten Raja Ampat.
Tim dipandu warga lokal bergerak mengarungi laut menggunakan speed boat putih berkapasitas 30 orang. Tanpa penerangan, hanya berpegang pada GPS, sang nahkoda memacu kencang hingga menghilang dari pesisir Amdui. Setiap orang duduk bersisian, mendengarkan musik hingga sesekali berbincang tentang keseruan hari ini bersama warga Desa Amdui.
Masih hangat diingatan, sorak sorai warga desa antusias menyambut kehadiran tim siang tadi. Sesaat sebelum berlabuh di pesisir pantai, tim sudah mendengar lengkingan suling bambu lantunkan lagu seremoni penyambutan tamu.
Dari kejauhan, mama-mama berjoget riang berkelompok membentuk sebuah formasi mendampingi 5 orang penabuh tifa, alat musik tradisional Papua. Tim yang dikomandoi Dadan Kusdiana, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM melangkah yakin menghampiri Bapak Kepala Desa.
Seorang Mama, lengkap dengan pinang yang memenuhi mulutnya, maju dan mengalungkan karangan bunga sebagai ucapan selamat datang. Tak terbayang sebelumnya, tim diarak menuju lokasi yang saat ini menjadi primadona bagi warga desa, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) off grid yang telah beroperasi semenjak 27 Juli 2017.
Anak-anak kecil hingga remaja juga ikut menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama musik sambil berjalan sepanjang lebih dari 500 meter tanpa alas kaki.
Tiba di tempat kebanggaan warga, tampak beberapa laki-laki dengan perawakan khas masyarakat Papua berdiri berdampingan menyambut. Mereka adalah operator PLTS, dan salah satunya yang belakangan saya baru tau bernama Demianus membukakan pagar yang sengaja digembok demi keamanan.
Mereka telah dilatih oleh PT Industri Telekomunikasi dan Informasi (PT INTI Persero), kontraktor alat pembangkit listrik pemenang lelang proyek PLTS yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM.
Terlihat berjejer panel surya berwarna biru tua dan silver berdiri kokoh menantang matahari dan siap menkonversi cahayanya menjadi tenaga listrik. Dadan Kusdiana didampingi tim IT PT INTI masuk ke dalam control room yang didalamnya terdapat ruangan penyimpanan baterai yang menyimpan arus listrik.
“Kapasitas PLTS ini 30 kWp untuk 103 rumah. Di desa ini ada 130 Kepala Keluarga (KK). Satu rumah itu ada yang ditempati 3 KK. Jadi tiap rumah rata-rata dapat 600 watt jam per hari,” ucap Demianus bersemangat sembari memanggil operator lainnya untuk berfoto bersama-sama.
Semakin senja, tiba-tiba wajah tim ESDM dikejutkan dengan munculnya pelangi yang melengkung sempurna di atas langit Desa Amdui, terpantul indah di atas hamparan panel surya yang tampak seperti “lantai kaca”. Ya, memang beberapa hari ini hujan selalu, wangi tanah tajam tercium oleh mereka.
Puas meninjau lokasi PLTS, warga kembali mengarak tim menuju balai desa, tempat berkumpul dan menjamu tamu. Anak-anak perempuan berpakaian seragam sekolah warna merah menarikan tarian khas Papua, Tari Yospan, mengikuti irama dari gitar dan tifa.
Sang empunya desa (kepala desa.red), Anton Bokorpioper telah menunggu, pembawa acara pun bersiap memulai. Anton menyampaikan rasa bangganya akan kehadiran PLTS yang sudah menerangi warga saat ini.
“Kami sebagai masyarakat berterima kasih dan merasa bangga. Sekian lama kami tidak mendapatkan bantuan langsung dari pusat seperti ini,” ungkap Anton. Memang, PLTS ini menjadi sebuah hadiah besar bagi warga disana yang telah dinanti lama.
Rasa haru terwakilkan saat sang pimpinan rombongan menyampaikan sepatah katanya. “Kami juga menyampaikan salam dari Menteri ESDM, Bapak Ignasius Jonan. Beliau mengutus kami untuk merayakan kemerdekaan Indonesia bersama warga Amdui, bersilahturahmi, bersama-sama melihat dan merasakan keceriaan masyarakat Amdui atas dibangunnya PLTS ini,” ujar Dadan.
Kepala Biro KLIK ini mengungkapkan, apa yang warga Amdui terima saat sekarang bukanlah tanpa perjuangan. “Tahun 2014/2015 kami menerima surat, proposal, menyampaikan ke kami melalui Pemerintah Kabupaten,” jelas Dadan.
Dan dibalik itu semua, ternyata ada salah seorang warga Amdui bernama Kilion Manggara, seorang pensiunan guru Sekolah Dasar (SD), menjadi pahlawan atas inisiatifnya menyurati Dinas Energi Kabupaten Raja Ampat untuk menghadirkan listrik di kampungnya.
Inisiatifnya muncul saat kunjungannya ke desa Arefu, desa sebelah, yang disana terlebih dahulu telah berdiri PLTS, sementara desanya sendiri masih gelap gulita.
“Saya buat surat yang saya buat dengan tangan saya sendiri. Saya datangi Bapak Kepala Kampung jam tujuh malam. Saya prihatin masyarakat gelap terus. Bapak Kepala Kampung tandatangani dan kami kirim dan kita tunggu,” ujarnya berapi-api.
Seluruh warga bertepuk tangan dengan gemuruh, sesekali terdengar siulan yang menunjukan apresiasi mereka kepada Pemerintah. Untuk membakar gelora kebangsaan bersama, tim mengajak seluruh warga menyanyikan lagu Hari Merdeka.
“Tujuh belas Agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita….”. Tak bisa menyembunyikan haruku atas pengalaman ini, mungkin ini kali pertama mereka tak lagi gelap gulita rayakan kemerdekaan Indonesia.
Usai bernyanyi, tak lupa, tim mencoba membaur dengan anak-anak desa dengan menciptakan beberapa permainan menarik. Tak disangka, mereka sangat antusias ingin memenangkan tiap pertandingan.
Wajah polos dan kelakuan lucu yang mereka buat menghadirkan tawa seluruh warga yang mengelilingi balai desa. Keramahan dan keceriaan warga Desa Amdui akan menjadi kenangan permanen bagi tim ESDM. Desa Amdui, Selamat Beristirahat. (ist/esdm.go.id)