Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya mengoptimalkan retribusi parkir tepi jalan umum (TJU). Dishub menerapkan pembayaran QRIS. Langkah itu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah kebocoran pendapatan asli daerah (PAD) dari retribusi parkir.
Kepala UPTD Parkir Tepi Jalan Umum Dishub Kota Surabaya Jeane Mariane Taroreh mengatakan, mulai menerapkan pembayaran retribusi parkir TJU melalui QRIS pada Minggu (07/01).
”Parkir tepi jalan umum di data eksisting kami (ada) 1.370-an titik. Harapannya bisa dilaksanakan dengan digitalisasi, dengan QRIS,” kata Jeane Mariane, Selasa (09/01).
Namun, Jeane menyebut, penerapan retribusi parkir melalui QRIS tidak mudah. Sebab, penerapan QRIS sempat mendapat penolakan dari Paguyuban Jukir Surabaya (PJS) saat melaksanakan sosialisasi di Jalan Tunjungan pada Senin (08/01). ”Kami sudah coba (Minggu (07/01) malam) dan kemarin (Senin, 08/01) ada penolakan untuk penerapan sistem (QRIS) tersebut,” ujar Jeane.
Dia menjelaskan, Dishub Surabaya menerapkan bagi hasil retribusi 60-40 persen dalam pembayaran QRIS. Dari 40 persen tersebut, dibagi 5 persen untuk kepala pelataran (katar) dan 35 persen Jukir. Sedangkan 60 persen masuk ke Pemkot Surabaya.
”Untuk yang QRIS, kami menerapkan bagi hasil 60-40 (persen). 40 persen itu dibagi, 5 (persen) untuk katar dan 35 persen Jukir. Jadi Jukir sudah (ada) penambahan 15 persen,” papar Jeane Mariane Taroreh.
Menurut dia, juru parkir menolak pembayaran dengan QRIS karena mereka beralasan kurang dengan bagi hasil 35 persen. Padahal, pembagian 35 persen itu telah naik dari sebelumnya 20 persen.
”Setelah naik dari 20 persen itu, (Jukir) merasa kurang apabila menerima 35 persen. Misalnya sehari dapat Rp 100 ribu, berarti dengan Rp 35 ribu dan tidak cukup untuk beli beras, itu jawaban mereka,” sebut Jeane Mariane Taroreh.
Jeane mengungkapkan, sekitar 80 persen anggota PJS di Jalan Tunjungan Surabaya terdaftar di Dishub. Paguyuban Jukir itu meminta agar difasilitasi untuk bisa bertemu Kepala Dishub atau Wali Kota Surabaya.
”Harapan kami untuk parkir TJU supaya ada titik temu, formulanya bagaimana selain QRIS, voucher, maupun virtual account,” jelas Jeane Mariane Taroreh. (ita)