Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, bahwa peluang pariwisata Indonesia sangat besar sekali. Hal ini karena Indonesia masuk dalam enam besar negara terindah di dunia. Kemudian juga masuk dalam 10 besar negara yang wajib dikunjungi.
“Ini kan juga saya lihat sebuah brand yang kita punyai, sebuah brand yang ini tinggal kita menggarap agar pariwisata ini betul-betul bisa memberikan devisa yang paling banyak,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada acara Gala Dinner Peringatan HUT ke-50 Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Ballroom Puri Agung Hotel Grand Sahid Jaya, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (11/2) malam.
Menurut Presiden, pada 2018 kemarin devisa dari pariwisata sudah mencapai 17 miliar dollar AS, sudah mengalahkan CPO, sudah mengalahkan kelapa sawit yang dulu paling tinggi. “Pariwisata sekarang sudah paling tinggi,” ujarnya.
Karena itu, lanjut Presiden, dirinya tidak keberatan dengan permintaan Menteri Pariwisata yang mengajukan anggaran Rp7 triliun untuk pemasaran, marketing, dan promosi pariwisata di Indonesia.
Presiden justru mempertanyakan apakah tempat-tempat wisata yang akan dipromosikan itu sudah siap? “Saya melihat, mohon maaf, banyak yang masih belum siap,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Presiden mengaku telah memerintahkan kepada Menteri PUPR agar dari 10 Bali baru, kita konsentrasi sajala di 4 dulu. 4 saja.
“Saya kira di Mandalika sudah mulai dikerjakan. Selasar-selasar dikerjakan sehingga tahun ini dilanjutkan lagi. Kemudian di Toba, tahun ini akan dikerjakan. Kemudian juga di Labuan Bajo dan juga di Borobudur. Akan dimulai sehingga produk ini juga kualitasnya kalau didatangi oleh para wisatawan juga kelihatan menjadi lebih baik,” kata Presiden.
Kawasan Wisata Sambung
Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi menyinggung telah terhubungnya jalan tol Jakarta- Semarang- Surabaya. Dan nanti tahun depan insyaallah sudah akan sambung sampai di Banyuwangi.
Presiden berharap kepada bupati/walikota/gubernur agar jalan tol ini disambungkan dengan kawasan-kawasan wisata yang ada di daerah.
“Kalau tidak sanggup membangun konektivitas itu, tolong sampaikan kepada Pak Menteri PUPR agar yang membangun pemerintah pusat. Tapi jangan semuanya dong diberikan kepada pusat. Ada kewajiban-kewajiban daerah yang juga harus membangun konektivitas trans jalan tolnya ini kita selesaikan,” tutur Presiden.
Presiden meyakini, dengan sambungnya jalan tol dengan kawasan-kawasan wisata yang ada, ini akan betul-betul akan menggerakkan ekonomi pariwisata kita jauh lebih cepat.
Jika Ketua Umum PHRI Haryadi Sukamdani menyampaikan, bahwa angka pertumbuhan atau growth pariwisata sudah 22%, hampir 3 kali lipat dari pertumbuhan pariwisata dunia yang hanya 6%- 7%, kita 22%, menurut Presiden ini perlu terus ditindaklanjuti secara pararel dengan menyiapkan infrastruktur, dengan memperbaiki kawasan-kawasan wisata.
“Sehingga sekali lagi, kami ingin mendapatkan masukan-masukan sebanyak-banyaknya nanti lewat Pak Arif Yahya agar tempat-tempat mana yang diprioritaskan, infrastruktur apa yang harus dikerjakan ini betul-betul tepat. Tepat sasaran. Artinya. yang dibangun infrastruktur itu betul-betul ada manfaatnya,” ucap Presiden seraya mencontohkan perkembangan Silangit setelah diperbaiki dan ada penerbangan reguler Garuda Indonesia, yang kini penuh terus dengan frekwensi penerbangan meningkat dari satu kali menjadi 5 kali.
“Tapi memang dipaksa dulu yang pertama. Yang sulit itu memang awal, mengawali. Begitu penuh, maskapai yang lain pasti rebutan sudah,” sambung Presiden.
Mengakhiri sambutannya Presiden Jokowi mengucapkan selamat ulang tahun yang ke-50 untuk Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). “Semoga kita terus bisa bekerja sama dengan pemerintah sehingga masukan-masukan seperti tadi yang disampaikan oleh bapak ketua umum ini bisa menjadi koreksi, menjadi arah kebijakan kita bersama-sama untuk memperbaiki pariwisata Indonesia,” pungkasnya.
Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi diberikan anugerah penghargaan sebagai Bapak Pariwisata Nasional, yang diberikan oleh Ketua Umum PHRI Haryadi Sukamdanii.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menteri Pariwisata Arief Yahya, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri. (sak)