PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero) melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) melakukan Pendampingan Budidaya Tanaman Organik di Dusun Jongkangan, Taman Martani, Kalasan, Sleman. Hasil budidaya ini dirayakan dengan melakukan Panen Padi Sehat bersama kelompok tani Ngudi Makmur dan warga masyarakat, pekan lalu.
Program pendampingan budidaya tanaman organik merupakan upaya pengembangan pertanian berbasis sumberdaya lokal untuk peningkatan taraf ekonomi masyarakat sekitar. Program ini dilaksanakan sebagai wujud kepedulian PT TWC untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya di Dusun Jongkangan, Kalasan.
“Harapannya ke depan, petani di Dusun Jongkangan sebagai produsen tanaman organik yang bisa menyuplai produk sehatnya ke kota dan daerah lain seiring dengan berubahnya pola hidup warga yang mementingkan kualitas produk yang lebih sehat dan terjamin,” terang Manager TJSL PT TWC Bambang Sarwo Eddy dalam sambutannya saat membuka kegiatan ini.
Panen bersama ini dimulai dengan upacara wiwitan yang dipimpin langsung oleh sesepuh desa Hardi Suharto. “Tujuan pelaksanaan upacara ini adalah sebagai ungkapan syukur atas panen raya yang berlimpah dan rejeki untuk yang akan datang. Upacara ini sudah berlagsung sejakl nenk moyang dan masih dilestarikan sampai saat ini,” terang Mbah Hardi.
Pendampingan dimulai dengan menanam padi jenis IR 64 di lahan seluas 1,2 hektar milik anggota kelompok tani Ngudi Makmur dengan masa tanam selama 85 hari. Tujuannya ialah membentuk daerah ketahanan pangan yang sesuai dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan dalam bidang sosial yang meliputi penghapusan kemsikinan, penghapusan kelaparan, kesehatan dan peningkatan kesejahteraan.
“Kementerian BUMN harus mematuhi tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia sebagai nilai-nilai yang harus diwujudkan dalam program TJSL ini. Dalam melaksanakan program , kami selalu memakai panduan ini untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera,” terang Eddy.
Senada dengan itu, Direktur Program LPTP Sumino mengatakan bahwa program ini perlu didukung untuk terus berlanjut. Pertanian berkelanjutan yang menghasilkan produk yang lebih sehat berpeluang memiliki pasar yang besar di masa mendatang.
“Program ini sesuai dengan SDG Desa yang bebas kelaparan di mana implementasi Pertanian berkelanjutan itu masuk. Selain itu, prioritas Permendes No.13 terkait SDG Desa. Ini kalau Pemerintah Desa ingin mengalokasikan Dana Desa saya kira tepat sekali,” terangnya.
Panewu Kalasan, Sri Anggraeni Susila Prapti, mengatakan bahwa wilayahnya memiliki potensi dikembangkannya sistem tanam secara organik. “Program ini harus diseriusi karena kita punya sumber daya yang mampu, kandang sapi banyak dan bisa dikembangkan menjadi pupuk, sehingga semuanya berkolaborasi bersinergi. Tanaman padi organik ini bisa mendongkrak untuk kehidupan para petani itu sendiri,” katanya.
Salah satu petani, Surojo, mengaku selama mengikuti program ini mendapatkan tambahan ilmu, seperti pembuatan pupuk dan pestisida organik, pemeliharaan tanaman yang meliputi pengairan, pemupukan organik, penyiangan, pemasangan jaring serta pengendalian hama dengan pestisida nabati.
“Semoga program ini bisa dilanjutkan dengan pendampingan secara intensif tentang proses setelah panen, seperti pengemasan dan penjualan hasil panen,” ujarnya.
Sekretaris Desa Tamanmartani, Kalasan, Tommy, mengatakan bahwa proses pasca panen juga harus diperhatikan, sehingga nilai produk bisa disebarluaskan di berbagai wilayah. “Kita bisa menyasar rumah-rumah makan yang ada di sekitar Kalasan-Prambanan untuk penjualannya. Untuk penjualan produk bisa kerjasama dengan BUMDes Kalasan,” katanya. (sak)