Ada yang istimewa dari dunia pasar modal kita. Di tengah lesunya perekonomian tanah air akibat pandemi yang tak kunjung usia, pasar modal Indonesia justru naik tajam. Indikasinnya, adanya lonjakan investor baru, baik ritel maupun perorangan.
“Kami tidak menyangka, justru Maret 2020 awal pandemi terjadi lonjakan jumlah investor,” kata Hasan Fawzi direktur pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam acara Halal Bihalal Bursa Efek Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur (BEI Jatim) dengan media massa secara virtual zoom, Rabu (09/06).
Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), lanjutnya, justru melahirkan perubahan perilaku investor baru di pasar modal Indonesia. Contohnya, pelaku usaha (investor) yang sebelumnya berinvestasi di sektor riil. Hanya, karena sektor ini stagnan, investor ini beralih ke pasar modal di BEI.
Alasannya, dianggap alternatif investasi berprospek cerah. Lebih istimewa, munculnya fenomena baru dari kalangan muda atau millenial meningkatan signifikan.
Faktor utamanya, lanjut Hasan Fawzi, adanya program Work From Home (WFH). Sehingga banyak waktu luang. Juga kelebihan dana yang sebelumnya digunakan konsumtif dialokasikan pada kebutuhan lebih produktif. Yaitu investasi di pasar modal.
Dikatakan pula, jauh sebelum pandemi ekosistem di pasar modal Indonesia sudah cukup friendly berstraksaksi. Mulai dari pembukaan rekening efek baru, memberikan edukasi pasar modal Indonesia.
Bahkan edukasi transaksi pasar modal tanpa perlu keluar rumah. Cukup dengan online trading yang disiapkan anggota bursa di BEI. “Jadi, PSBB memaksa investor saham memanfaatkan teknologi dalam transaksi bursa saham.”tegasnya.
Hasan Fauzi juga menyambut baik upaya Wali Kota Surabaya yang konsen di sektor bisnis, inevestasi, dan ekonomi. Dikatakan, setiap daerah dimana kepala daerahnya memiliki visi pertumbuhan ekonomi ini menjadi peluang peningkatan jumlah investor BEI. Utamanya di Surabaya dan Jatim secara umum.
Di Surabaya sendiri, lanjut Hasan Fawzi, sampai triwulan kedua tahun ini jumlah investor yang bergabung di BEI Jatim mencapai 46 anggota bursa baru. Total jumlahnya mencapai 88 ribu SID. “Jatim tercatat paling tinggi investornya secara nasional,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Kantor BEI Jatim, Dewi Sriana Rihantyasni mengatakan, untuk Jatim ada dua kota yang jumlah anggota bursanya cukup banyak. Surabaya dan Kota Malang. Surabaya jumlah anggota 46, Kota Malang 12 anggota. Menyusul Jember dan Situbondo masing-masing satu anggota bursa.
Dari aset manajemen, kata Ana -sapaan akrabnya, ada 11. Untuk emiten ada 40. Sedangkan, USID di Jatim per April 2021 mencapai 304.924 jumlah investor.
Untuk Galeri Investasi, lanjutnya, terdapat 64 Galeri Investasi (GI) Bursa Efek Indonesia. Rinciannya, GI konvensional sebanyak 56 dan GI syariah sebanyak 8. “Kedepan kita akan terus membuka Galeri-Galeri Investasi di Jatim,” tutupnya mengakhiri acara. (ita)