Olah Kulit Jeruk Jadi Kerupuk
KOMUNITAS PERISTIWA

Olah Kulit Jeruk Jadi Kerupuk

Kulit jeruk bagi masyarakat sering dianggap sebagai bahan yang tak berguna lagi untuk digunakan. Inovasi untuk mengolah kembali juga sering terhambat karena pengolahan yang cukup rumit.

Namun berbeda dengan 10 mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Back to Village (KKN BV) ke-61 Universitas Airlangga di Dusun Princi, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang yang mengolah kulit jeruk menjadi kerupuk.

Bersama dengan warga, mereka mampu membantu pembuatan kerupuk kulit jeruk hingga tahap pemasaran.

Rachmad Ersan Satrio, selaku penanggungjawab program kerja menyatakan bahwa keadaan masyarakat Dusun Princi yang mayoritas petani jeruk sering mengalami produk gagal jual.

Produk gagal jual tersebut mereka olah dengan mengambil kulitnya untuk dijadikan kerupuk. “Masyarakat Dusun Princi yang kami bantu saat ini sebelumnya sudah pernah berjalan dan kita melakukan penyuluhan agar produk tetap laris,” ungkapnya.

Ersan juga menambahkan bahwa produk yang gagal dalam seleksi jual diolah menjadi kerupuk agar tetap menghasilkan nilai jual. Para petani juga tidak akan mengalami kerugian panen sehingga dapat menjadi alternatif produk penjualan.

Koordinator produksi kerupuk kulit jeruk, Fitri mengungkapkan proses pembuatan kerupuk kulit jeruk pada tahap awal dilakukan pengeringan. Untuk menghilangkan rasa pahit, kulit jeruk sebelumnya direndam bersama air kapur sirih.

“Perbandingannya adalah 250 gram air kapur sirih dengan garam dan tepung tapioka banding 1 kg kulit jeruk agar rasa pahitnya dapat hilang dan aroma jeruk tetap ada,” ujarnya.

Penyedap rasa juga tidak mengambil dari bahan kimia namun menggunakan pulpy jeruk yang sudah dipisahkan dengan kulit jeruk. Tanpa adanya bahan kimia maupun pengawet, produk kulit kerupuk mampu membuat konsumen tetap sehat dan terpenuhi zat gizinya.

Produksi yang masih awal bagi masyarakat Dusun Princi juga masih mengandalkan pasar sebagai tempat membeli bahan baku. Hanya saja, bahan baku utama yakni jeruk mengandalkan hasil panen warga sekitar.

“Bahan seperti tepung tapioka, garam, dan kapur sirih kami masih bergantung dengan pasar namun untuk jeruk kami ambil dari hasil panen warga,” kata Fitri.

Produk kerupuk kulit jeruk tersebut juga masih dijual dari warung ke warung. Produk tersebut pernah dijual hingga ke tempat wisata di Kota Batu. Namun karena izin dari manajemen terhenti, penjualan tersebut juga ikut terhenti. (ita)