Kabar bahagia datang dari mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Adalah Nyampah Corp, startup rintisan mahasiswa ITS yang berhasil membawa pulang gelar juara dalam ajang Young Social Entrepreneurs (YSE) 2019 di Singapura beberapa waktu lalu.
Berdiri sejak dua tahun silam, Nyampah Corp berkonsentrasi mengolah sampah organik jadi bernilai ekonomis.
Dijelaskan oleh CEO Nyampah Corp, Abu Muslim Aljauhari, Nyampah Corp merupakan program wirausaha sosial (social enterprise) dari Perusahaan Rexic yang bergerak di bidang pengelolaan sampah organik berbasis zero waste.
Perusahaan Rexic sendiri merupakan binaan dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Inkubator ITS dan Sub Direktorat (Subdit) Pengembangan Karir dan Kewirausahaan Mahasiswa (PK2M) ITS.
Sistem zero waste yang diusungnya menunjukan kemampuan mengelola sampah organik sepenuhnya tanpa ada residu yang terbuang. Meski berfokus pada sampah organik, keberadaan sampah anorganik masih ditoleransi olehnya.
“Tidak apa-apa jika sampah masih bercampur dengan sampah non-organik, asal keberadaannya tidak sampai sepuluh persen,” tutur Aal, sapaan akrab pria tersebut.
Mahasiswa Departemen Teknik Material ITS ini juga menjelaskan bahwa dalam prosesnya, Nyampah Corp melibatkan larva lalat tentara hitam (BFS) sebagai agen pengurai sampah organik.
Larva BFS akan memakan sampah organik selama sepuluh hari. Setelah itu, Ia mengemukakan bahwa volume sampah akan berkurang sampai 80 persen. “Residu yang tersisa akan menjadi pupuk organik dan larva akan dipanen,” ungkapnya.
Menurut mahasiswa angkatan 2015 ini, pengelolaan sampah dengan sistem ini memiliki beberapa dampak utama.
Dari segi ekonomi, Ia mengatakan hasil panen larva BSF dapat dijual sebagai pakan ternak mengingat kandungan proteinnya yang tinggi dan harganya cenderung lebih murah dari pakan ternak di pasaran.
Aspek ini juga yang menjadi inspirasi awal berdirinya Nyampah Corp. Diceritakan oleh Aal, Nyampah Corp sendiri lahir dari keresahan salah satu pendirinya saat mengelola ternak lele kala itu.
Bermaksud mencari alternatif dari permasalahan pakan yang mahal, justru menghantarkan mereka mendirikan Nyampah Corp dengan bimbingan langsung Arief Abdurrahman ST MT.
Sementara dari segi sosial, Ia berharap dampak ekonomi dan lingkungan yang ada dapat mengubah stigma masyarakat tentang sampah yang menjijikkan ternyata bisa memiliki nilai jual. “Ini mampu meningkatkan motivasi masyarakat untuk memilah sampah,” pungkasnya optimis.
Di usianya yang masih muda, Aal mengungkapkan Nyampah Corp sendiri sudah beberapa kali mengalami pergantian anggota. Menurutnya hal tersebut sangat wajar untuk sebuah startup.
Justru, Ia mengklaim hal tersebut membuat Nyampah Corp semakin matang. Hingga kini, Aal menjalankan Nyampah Corp bersama dua rekannya, Ahmad Fahmi Rofiqi dari Teknik Kimia ITS dan M Syifaut Tamam dari Teknik Material ITS.
Kesulitan tentu pernah dihadapi Nyampah Corp, namun Aal mengatakan berkat bimbingan PK2M ITS, UPT Inkubator, dan alumni ITS, Nyampah corp mampu bertahan dan berkembang. Ia berharap ke depannya Nyampah Corp mampu memperluas kebermanfaatan dan memperbanyak jaringan kemitraan dan kerjasama. (ita)