Sejumlah 520 guru-guru Paud dan TK se Kab Kediri berkumpul di Basement SLG untuk menghadiri acara Sosialisasi 4 Pilar MPR dengan anggota MPR Fraksi PDIP, Eva Kusuma Sundari.
Acara yang bertema Sosialisasi Integrasi Nilai-nilai Pancasila dan Pendidikan Inklusi di Paud dan TK tersebut dilaksanakan oleh Himpaudi (Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini) Kab Kediri dan MPR RI, pekan lalu.
Selain Eva Sundari, hadir pula narasumber Kristin Sadtyaruni M Psi, psikolog dari RS Gambiran, Wasis dari DPRD Kab Kediri dan Satriyani WR. MPd, Kepala Sekolah SMP Pawyatan Daha 1 Kota Kediri. Sedangkan moderator pada acara tersebut adalah Lilik Astuti M.Pd Ketua Himpaudi dan Slamet Yudi MPd Ketua Himpunan TK.
Eva Sundari yang membuka acara mengajak para bunda PAUD untuk mendidik para siswa agar berkepribadian Pancasila demi terwujudnya Generasi Emas untuk mencapai target Indonesia Emas 2045.
“Ancaman fisik stunting harus dilawan karena bisa menggagalkan mereka menjadi sosok yang ber IQ, EQ, SQ tinggi sehingga gagal pula untuk menjadi sosok yang kompeten, berdaya juang tinggi. Sementara ekonomi global berkarakter dinamis, intens, dan kompetitif,” jelas Eva Sundari.
Lebih lanjut, Eva menjelaskan adanya ancaman global terhadap anak-anak berupa hoax dan ideologi intoleransi serta penyakit adiktif seperti narkoba, pornografi, game, gadget sekaligus kekerasan fisik, seksual, cyber bullying dll.
“Ketika kejiwaan sudah rusak orang jadi tertutup hati, pikiran, dan nuraninya maka tidak mungkin mencintai apalagi mau berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara,” papar Eva Sundari sambil mengajak berkolaborasi (gotong royong) dalam membentuk Generasi Emas.
Kristin Sadtyaruni setuju pendekatan gotong royong dan Konsep Pancasila yang intinya justru inklusifisme. “Penyelenggaraan Pendidikan inklusi bagi anak kebutuhan khusus akan membantu para siswa lainnya dan para bunda untuk berkarakter dan praktek Pancasila di lingkungan sekolah,” ujar Kristin.
Pada sesi akhir, Satriyani dan para fasilitator dari Kaukus Pancasila memandu diskusi kelompok para bunda untuk menyusun silabus yang mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila.
“Banyak ide menarik, misalnya mengajak para siswa untuk mengunjungi rumah ibadah agama-agama maupun pemeluk agama yang berbeda yang sedang merayakan Hari Besar agamanya. Ini untuk membangun karakter toleransi sebagai indikator sila 1 Pancasila,” ujar Satriyani.
Para bunda Paud dan TK akhirnya paham bahwa pembentukan karakter di pendidikan harus dimuarakan pada Pancasila, jika tidak maka jiwa nasionalisme tidak bisa dibentuk.
Jika tidak ada nasionalisme dalam jiwa generasi muda, tidak mungkin Indonesia bisa memenangkan persaingan global sehingga Indonesia Emas 2045 gagal pula diwujudkan. (sak)