Meski lonjakan pandemi sudah melandai, kegentingan belum usai. Ratusan ribu warga yang terinfeksi Covid-19 dan menjalani isolasi mandiri karena tanpa gejala atau hanya bergejala ringan, masih menjadi potensi penularan. Mereka adalah bagian dari 550 ribu kasus aktif di seluruh penjuru tanah air yang memerlukan bantuan penyembuhan
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin 26 Juli 2021, mengatakan bahwa jumlah pasien yang memerlukan rawat inap di rumah sakit menurun dari sekitar 92 ribu orang di saat pandemi mencapai puncaknya menjadi 82 orang. Situasi inilah yang membuat bed occupancy ratio (BOR) rumah sakit secara rata-rata susut. Turun dari level kritis.
Namun, tidak tertutup kemungkinan mereka yang menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing atau isolasi terpusat di tempat yang disediakan oleh pemerintah mengalami kenaikan level keparahan, seperti sesak nafas dan saturasi oksigen menurun. Selain memerlukan obat, mereka juga perlu oksigen sesegera mungkin. Maka, ketersediaan gas oksigen adalah urusan sangat vital.
Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah terus melakukan langkah baru untuk pengadaan oksigen. “Kebutuhannya meningkat lima kali lipat dibanding periode sebelum lebaran,” ujarnya. Melandainya kasus baru Covid-19 belum disertai menyusutnya kebutuhan gas oksigen.
“Kebutuhan oksigen kita sebelum lebaran 400 ton per hari. Sekarang sudah naik menjadi 2.500 ton per hari. Kapasitas produksi di Indonesia 1.700 ton per hari, sehingga ada gap. Karena sama seperti obat, kenaikannya tinggi sekali,” imbuh Menkes. Keputusan pemerintah memborong semua produk gas oksigen domestik dan mengalihkannya 100 persen untuk keperluan medis masih belum cukup.
Kekurangan ditambal dari sana-sini. Ada sumbangan gas oksigen, tabung, tanki oksigen cair, serta oksigen konsentrator (mesin mini pengekstrak oksigen langsung dari udara) dari sejumlah negara sahabat. Pemerintah juga mengimpor 40.000 ton oksiden serta 20 ribu unit oksigen konsentrator. ‘’Ada pula donasi 17.000 konsentrator, dan sebagian sudah datang,’’ katanya.
Mesin konsentrator itu menjadi pilihan baru. Dengan mesin-mesin kecil pemasok oksigen ini, tidak perlu lagi banyak tabung gas besar dan berat harus ulang alik dari rumah sakit ke stasiun pengisian gas. “Jadi, kita hilangkan kesulitan logistik ini,” kata Menkes Budi Gunadi. Konsentrator oksigen ini juga membuat kebutuhan pemerintah membangunan industri gas oksigen baru bisa ditunda.
“Setiap 1.000 oksigen konsentrator bisa memproduksi sekitar 20 ton oksigen per hari,” ujar Menkes. Artinya, satu unit bisa menghasilkan 20 kg gas oksigen. Sangat membantu, karena kebutuhan pasien sehari rata-rata 1 kg oksigen.
Strategi lainnya yang dilakukan pemerintah adalah memanfaatkan kapasitas ekstra dari industri yang memproduksi oksigen cair yang dapat didistribusikan ke seluruh rumah sakit. “Kita memanfaatkan ekstra-capacity pabrik-pabrik oksigen, maupun ekstra-capacity industri lain yang juga memproduksi oksigen. Misalnya, pabrik baja, smelter nikel, pabrik pupuk, pulp, kertas,’’ ujar Budi Gunadi.
Produk ekstra itulah yang diminta oleh pemerintah, dan langsung bisa dikirim ke rumah sakit untuk digunakan pasien, termasuk yang dirawat di ruang ICU dan perlu ventilator. Prioritasnya, di daerah yang sedang merawat banyak pasien Covid-19, mulai dari Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jatim, hingga Bali.
Sumbangan Pengusaha
Tak semua kebutuhan pasokan oksigen itu harus dibeli oleh pemerintah. Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan, di saat kebutuhan oksigen di Jawa melesat, pengusaha smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tengah, mengapalkan berton-ton oksigen cair ke Jakarta. “Tentu sangat membantu,” katanya.
Rilis dari Kementerian Perindustrian menyebutkan, Plt Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika bersama Gubernur Ridwan Kamil menyaksikan penyerahan gas cair sumbangan para pengusaha untuk masyarakat Jawa Barat. Seluruhnya 199 ton, yang diangkut dari Palembang, lewat jalan tol, dalam empat unit iso-tank yang digotong empat truk trailer. Prosesi penyerahan digelar di halaman Gedung Sate Bandung, Rabu (28/07).
“Kami sangat mengapresiasi donasi gas oksigen ini, dan langkah ini adalah bentuk nyata aksi gotong-royong dalam penaggulangan pandemi,” ujar Putu Juli Ardika. Ia menyampaikan apresiasinya pada PT OKI Pulp and Paper Mills, PT Indah Kiat Pulp and Paper, PT Lontar Papyrus Pulp and Paper Industry (Sinar Mas Group), serta Tanoto Foundation dari grup perusahaan April (PT Riau Andalan Pulp and Paper (PT RAPP). Kelompok ini juga telah membantu pasokan oksigen ke sejumlah rumah sakit di Riau, Jambi, dan Sumatra Selatan. Termasuk di dalamnya, Grup PT Gajah Tunggal.
Sehari sebelumnya, Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono menerima bantuan oksigen konsentrator dari Yayasan Buddha Tzu Chi, yakni yayasan yang didukung pelaku usaha yang berhimpun dalam kelompok “Pengusaha Peduli NKRI”.
Kasetpres menyatakan, telah berkoordinasi dengan rumah sakit yang membutuhkannya. Bebeberapa wakil dari manajemen rumah sakit hadir menyaksikan prosesi donasi mesin penghasil oksigen yang ukurannya sekitar 60 cm tinggi dan lebar 40 cm, dengan screen digital di bagian depannya.
“Dari rencana 5.000 unit, kemarin malam sudah datang 500 unit dan langsung kami bagikan,” ujar Heru. Penerimanya macam-macam, ada dari RS TNI, Polri, RSUD, dan sejumlah lainnya. “Tadi pagi ada utusan dari RSUD Pekalongan, yang sedang sangat membutuhkan, tentu kami berikan,” kata Heru Budi Hartono dalam acara serah terima bantuan yang dihelat di halaman Kantor Setpres di Jakarta.
Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Hong Tjin mengatakan bahwa ini bukan kali pertama kali kelompok “Pengusaha Peduli NKRI” menyerahkan bantuan bagi penanganan Covid-19. Sebelumnya, para pengusaha tersebut juga pernah menyerahkan beragam bantuan mulai dari alat tes cepat, masker, ventilator, hingga bantuan beras.
“Belakangan kami mendapatkan info bahwa penyediaan oksigen ternyata menjadi hal yang amat penting. Teman-teman dari Yayasan Buddha Tzu Chi pun berinisiatif berkontribusi sebanyak 5.000 oksigen konsentrator, dikirimkan dari luar negeri ke Indonesia dan saat ini 500 yang sudah sampai, yang 4.500 kita harapkan minggu depan sampai dan segera kita salurkan,” kata Hong Tjin.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu mengatasi kelangkaan oksigen ini. “Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan. Banyak organisasi sosial juga negara tetangga yang sudah membantu untuk mengadakan oksigen,” ujar Menkes. Sumbangan itu diakuinya bisa memberikan tambahan pasokan oksigen yang saat ini dibutuhkan di berbagai daerah.
Untuk ke depannya, Menkes mengatakan telah menyiapkan langkah-langkah agar negara mampu mengerahkan segala sumber daya yang ada untuk mengatasi krisis oksigen secara lebih cepat, bagi kebutuhan pasien. (indonesia.go.id)