Meningkatkan Primadona Ekspor Indonesia
EKONOMI BISNIS PERISTIWA

Meningkatkan Primadona Ekspor Indonesia

Komoditas udang Indonesia sudah dikenal di pasar dunia berkat cita rasanya. Udang Indonesia tercatat menguasai pangsa pasar 6,9 persen. Bahkan produk perikanan itu menjadi komoditas yang banyak diminati pasar global setelah salmon.

Pemerintah menyadari keunggulan perikanan budi daya udang di pasar global tersebut, sehingga wajar bila budi daya itu mendapat perhatian besar dari pemerintah.

Dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2020-2024, pembangunan perikanan nasional secara jelas memberikan arahan dan dorongan agar sektor itu mampu berkontribusi memperkuat ketahanan ekonomi. Demi, pertumbuhan sektor perikanan nasional yang berkualitas.

Dua sasaran pokok perwujudan pembangunan perikanan nasional adalah meningkatnya daya dukung dan kualitas sumber daya sebagai modal pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Serta, meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja, dan daya saing.

Pilihan kebijakan pembangunan perikanan difokuskan, pertama melalui program revitalisasi sentra kawasan produksi udang untuk pencapaian target produksi perikanan budi daya sebesar 10,32 juta ton pada 2024.

Kedua, meningkatnya pertumbuhan ekspor udang sebesar 8 persen per tahun. Pencapaian target pembangunan perikanan budi daya ini diharapkan juga dapat mendorong pengembangan aktivitas ekonomi di sektor lainnya.

Namun, pengembangan budi daya perikanan udang sebagai program prioritas nasional memerlukan dukungan berupa strategi perencanaan yang mempertimbangkan aspek sosial politik dan ekologi. Demi, bisa mencapai target pembangunan sesuai indikator yang ditetapkan.

Pemimpin Pasar Dunia
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai pengampu subsektor itu, melalui menterinya Sakti Wahyu Trenggono, memiliki ambisi menjadikan Indonesia sebagai pemimpin pasar udang dunia.

Oleh karena itu, Wahyu Trenggono dalam Musyawarah Nasional (Munas) Shrimp Club Indonesia (SCI) ke-5 di Surabaya, Selasa (23/8/2022), mengajak pembudi daya hingga pelaku usaha udang di Indonesia untuk bahu-membahu bersama pemerintah menerapkan konsep hulu-hilir pada kegiatan budi daya udang di Indonesia.

Apa saja konsep yang dimaksud dengan pendekatan hulu-hilir tersebut? Tentunya pendekatan itu meliputi integrasi hatchery (tempat penetasan bibit udang), pabrik pakan, on-farm budi daya udang, pengolahan hasil budi daya, proses pengemasan, pabrik es, hingga pabrik kemasan berada dalam satu kawasan.

Dengan demikian, kegiatan ekonomi yang dihasilkan lebih besar dan memberikan peluang usaha yang lebih beragam lagi kepada masyarakat.

“Negara harus hadir di tengah usaha masyarakat dalam memajukan sektor budi daya. Pentingnya kita saling kerja sama antar-stakeholder. Kerja sama dengan pemerintah daerah harus dilakukan, mulai dari penentuan lokasi shrimp estate, pakan, hatchery, dan obat-obatan, sebab udang kalau dibudidayakan dengan baik maka hasilnya akan luar biasa,” tambahnya.

Wahyu Trenggono optimistis, pengembangan budi daya udang menggunakan konsep hulu hilir ini dapat memacu peningkatan produksi udang nasional. Pemerintah sendiri memasang target, produksi udang sebanyak 2 juta ton pada 2024.

Selain itu, budi daya udang dapat berkontribusi lebih besar lagi pada pertumbuhan ekonomi nasional maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat pembudi daya. Sepanjang 2021, nilai ekspor udang Indonesia mencapai USD2,2 miliar, tertinggi di antara komoditas perikanan lainnya. Artinya, komoditas itu jadi primadona ekspor produk perikanan.

Sementara itu, dalam upaya meningkatkan produksi udang nasional, KKP juga memiliki tiga strategi. Yakni, diawali dengan melakukan evaluasi tambak udang existing. Kemudian, merevitalisasi tambak udang tradisional menjadi semiintensif atau intensif dengan produktivitas semula 0,6 ton per ha per tahun menjadi 2 ton hektare.

Serta, membangun tambak udang modeling skala industri di beberapa titik Indonesia, sesuai konsep pendekatan hulu dan hilir.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Tebe Haeru menambahkan, pentingnya menjaga keberlanjutan dalam menjalankan kegiatan budi daya udang di Indonesia.

“Udang ini merupakan sumber daya alam yang dapat dinikmati oleh kita saat ini dan generasi yang akan datang, untuk itu perlu tetap perhatikan keberlanjutannya,” ujar Tebe. (indonesia.go.id)