Mengendalikan Banjir di Jakarta
PEMERINTAHAN PERISTIWA

Mengendalikan Banjir di Jakarta

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan beberapa waktu lalu meninjau pembangunan sodetan dari Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur.

Proyek pembangunan sodetan dari Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur tersebut merupakan bagian dari rencana induk (master plan) pengendalian banjir di Ibu Kota Jakarta. Hal ini sebagai bentuk komitmen pemerintah pusat untuk mengendalikan banjir mulai dari hulu hingga hilir.

“Jadi sodetan itu tinggal 600 meter lagi kurangnya, kita targetkan dengan PUPR (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat/PUPR, Red) dan diharapkan selesai di tahun 2022 di kuartal ke-3, jadi lebih cepat dari target sebelumnya,” ujar Menko Luhut, didampingi Deputi bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Ayodhia GL Kalake serta Asisten Deputi Infrastruktur Dasar, Perkotaan, dan Sumber Daya Air Rahman Hidayat.

Hadir pula pada kesempatan itu Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil, Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Wali Kota Jakarta Timur Muhammad Anwar.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane akan memulai lanjutan pembangunan sodetan dari Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur. Proyek sodetan ini merupakan upaya mengurangi kerentanan terhadap banjir di DKI Jakarta, yang salah satunya disebabkan oleh luapan air Sungai Ciliwung.

Konstruksi sodetan ini berlokasi Kotamadia Jakarta Timur, Kecamatan Jatinegara. Titik awal sodetan Kali Ciliwung ada di Kelurahan Bidara Cina, sedangkan akhir sodetan di Kali Cipinang atau Kanal Banjir Timur Kelurahan Cipinang Besar Selatan. Sodetan Sungai Ciliwung ke KBT, terdiri dari tiga bangunan utama, yaitu inlet, terowongan pembawa, dan outlet.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan sodetan ini akan mengurangi debit banjir Sungai Ciliwung dengan mengalirkan air sebesar 60 m3/detik ke Kanal Banjir Timur, saat Sungai Ciliwung sudah tidak lagi mampu menampung debit air pada perkiraan debit banjir ulang 25 tahunan sebesar 508 m3/detik.

“Sehingga Insyaallah akan mengurangi risiko banjir pada beberapa kawasan di hilir Sungai Ciliwung, misalnya, Kampung Melayu dan Manggarai,” kata Menteri PUPR, saat meninjau lokasi pembangunan sodetan Sungai Ciliwung.

Menteri Basuki mengatakan, pembangunan lanjutan sodetan Ciliwung mengalami perubahan trase sehingga mengurangi panjang terowongan 113 meter dari panjang semula 662 meter menjadi 549 meter. Saat ini, pekerjaan sodetan akan segera dimulai dan menyisakan pembebasan enam bidang tanah seluas 10.494 m2 yang akan dieksekusi oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat.

Menurut laporan PUPR, pada 2015, pembangunan sodetan Sungai Ciliwung telah tuntas sepanjang 550 meter. Kemudian dilanjutkan pada 2015-2017 dengan pembangunan permanen outlet dan dinding penahan tanah Kali Cipinang.

Pada TA 2021, Kementerian PUPR melanjutkan pekerjaan sodetan Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur sepanjang 714 meter yang terdiri dari Zona A, berupa bangunan permanen inlet open channel 165 meter dan normalisasi Sungai Ciliwung, Zona B berupa terowongan ganda sodetan dari inlet ke arriving shaft 549 meter, dan Zona D normalisasi Kali Cipinang dan KBT.

Pembangunan sodetan Sungai Ciliwung dilaksanakan oleh kontraktor PT Wijaya Karya-PT Jaya Konstruksi, KSO, dan konsultan supervisi PT Virama-Supra-TAA, KSO dengan masa pelaksanaan Agustus 2021–Agustus 2023. Alokasi anggaran untuk konstruksi sodetan (terowongan) dan galian alur untuk menambah kapasitas tampung Sungai Cipinang sebesar Rp683,9 miliar.

Proyek sodetan Sungai Ciliwung merupakan bagian dari rencana induk sistem pengendalian banjir (flood control) Ibu Kota Jakarta dari hulu hingga hilir.

Di bagian hulu, Kementerian PUPR tengah menyelesaikan pembangunan dua bendungan kering (dry dam) di Kabupaten Bogor yakni Bendungan Ciawi dengan kapasitas tampung 6,05 juta m3 dan luas genangan 39,40 hektare dengan biaya pembangunan sebesar Rp798,7 miliar.

Yang kedua Bendungan Sukamahi berkapasitas tampung 1,68 juta m3 dengan volume tampung sebesar 1,68 juta m3 dan luas area genangan 5,23 hektare. Progres kedua bendungan itu sudah di atas 75% dan ditargetkan selesai November 2021.

Kedua bendungan ini didesain untuk mengurangi debit banjir yang masuk ke Jakarta dengan menahan aliran air dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebelum sampai ke Bendungan Katulampa yang kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung.

Terbangunnya Bendungan Ciawi akan mereduksi banjir sebesar 111,75 m3. Terbangunnya Bendungan Sukamahi akan mereduksi banjir sebesar 15,47 m3/det dan saat ini progresnya telah mencapai 81,083 persen.

Selanjutnya di bagian tengah dikerjakan normalisasi Sungai Ciliwung sejak 2013 hingga 2017 sepanjang 16,2 km dari total 33,7 km. Mulai 2021 dilanjutkan pekerjaan normalisasi Kali Ciliwung sepanjang 1,2 km dan pengadaan tanah.

Kemudian pembangunan stasiun pompa Ancol Sentiong kapasitas 50 m3/detik dilaksanakan 2020–2022 dengan biaya Rp437,6 miliar serta pembangunan sodetan Sungai Ciliwung menuju Kanal Banjir Timur sepanjang 1,26 km yang sudah kontrak sejak 30 Juli 2021.

BBWS Ciliwung Cisadane Ditjen SDA juga telah menyelesaikan penambahan Pintu Air Manggarai dan Karet, serta saat ini akan dilanjutkan dengan penyelesaian pembangunan sodetan Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur.

Debit banjir di Pintu Air Manggarai dengan dibangunnya Bendungan Ciawi (Cipayung) dan Bendungan Sukamahi adalah 577,05 m³/det, bila dikurangi dengan debit yang dialirkan ke sodetan Kanal Banjir Timur 60,00 m³/det maka debit di Pintu Air Manggarai sebesar 517,05 m³/det, atau sekitar 11,9 persen serta dengan pergeseran waktu puncak banjir kira-kira 2 jam.

Kemudian upaya mengurangi risiko banjir wilayah Jakarta bagian hilir juga dibangun tanggul pantai untuk pantai dan muara sungai yang kritis sepanjang 46,2 km. Tanggul yang telah dikerjakan sepanjang 13 km dan rencananya akan dikerjakan sepanjang 33,2 km yang terbagi menjadi dua, yakni Kementerian PUPR (10,8 km) dan Pemprov DKI Jakarta (22,4 km). Tahun 2021, Kementerian PUPR mengerjakan tanggul sepanjang 3,8 km. (indonesia.go.id)