Senam menjadi cabang olahraga (cabor) dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) 2018 yang hanya diikuti oleh siswa sekolah dasar (SD). Kompetisi cabor Senam di O2SN menjadi salah satu cara untuk mencari bibit unggul pesenam Indonesia sejak dini.
Agus Prayoko, peraih medali perunggu Asian Games 2018 untuk cabor Senam Artistik Nomor Meja Lompat, adalah salah satu atlet yang lahir dari O2SN cabor Senam.
Cabor Senam untuk atlet jenjang SD dibagi menjadi dua, yaitu Senam Ritmik Putri dan Senam Artistik Putra, yang masing-masing memiliki tiga nomor.
Pada Senam Ritmik Putri, setiap peserta tampil untuk nomor Free Hand (senam dengan musik, tanpa alat), Hoop/Simpai, dan Gada/Clubs. Senam Artistik Putra mempertandingkan tiga nomor, yaitu Meja Lompat, Lantai, dan Meja Jamur.
Juri Senam Artististik Putra, Pepen Apendi mengatakan, dari tiga nomor itu akan dipilih tiga terbaik (medali emas, perak dan perunggu) untuk kategori Serba Bisa, yang penilaiannya digabung dari ketiga nomor.
Selain itu, cabor Senam Artistik Putra memiliki tiga final, yaitu final nomor Meja Lompat, final nomor Meja Jamur, dan final nomor Lantai. Total peserta untuk cabor Senam Artistik Putra tahun ini adalah 28 orang, sehingga semuanya bisa masuk final.
“Jadi dari 28 atlet nanti memilih final tiap nomor. Sembilan orang untuk final Senam Lantai, sembilan orang final Meja Jamur, dan sepuluh orang Meja Lompat, jadi semua ikut final,” kata Pepen di GOR Universitas Negeri Yogyakarta, awal pekan.
Para finalis bisa memilih mau turun di nomor mana untuk final, berdasarkan pertimbangan nilai di masing-masing nomor, dan mengukur kemampuan diri masing-masing.
Ia lalu menjelaskan lebih lanjut tentang teknis penilaian dalam cabor Senam Artistis Putra. Pada nomor Senam Lantai, ada 11 gerakan yang harus ditampilkan peserta dengan urutan yang tergantung pilihan peserta. Lalu di nomor Meja Jamur, yang diuji adalah gerakan Double X Circle.
“Boleh sekaligus 10 kali, boleh 4-4-2, atau 5-5. Kalau turun atau jatuh dari meja nilainya dikurangi 1,0 dari nilai awal 10. Nanti dikurangi oleh Juri Pemotongan,” jelas Pepen.
Kemudian untuk nomor Meja Lompat, dari dua kali lompatan, akan diambil nilai yang paling tinggi. Namun, untuk penilaian di final, nilai yang diambil dalam nomor Meja Lompat adalah nilai rata-rata dari dua kali lompatan.
Pepen yang juga anggota Pengurus Besar Persatuan Senam Indonesia (PB Persani) mengakui, potensi siswa SD untuk cabor Senam masih didominasi oleh provinsi-provinsi di Pulau Jawa.
Potensi yang dia lihat dari Pulau Sumatra ada pada Provinsi Sumatra Barat dan Jambi. Menurutnya, salah satu faktor yang kuat dalam menciptakan pesenam-pesenam yang tangguh adalah fasilitas yang dimiliki provinsi, misalnya alat senam.
“Kami sebagai insan senam, berharap Kemendikbud bisa memberikan bantuan alat yang bisa digunakan di sekolah-sekolah di daerah,” tuturnya.
Apalagi menurutnya, O2SN bisa menjadi lompatan awal yang baik bagi calon atlet nasional untuk menjajaki kompetisi-kompetisi selanjutnya, seperti Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas), Pekan Olahraga Nasional (PON), SEA Games, hingga Asian Games dan Olimpiade. (sak)