Lukisan Anak Berkebutuhan Khusus
KOMUNITAS PERISTIWA

Lukisan Anak Berkebutuhan Khusus

Memperingati Hari Pahlawan, 24 lukisan karya anak bangsa berkebutuhan khusus dan anak jalanan dipamerkan di Hotel Mercure, Sabtu (10/11).

Mereka adalah anak-anak berkebutuhan khusus dan anak jalanan yang diasuh Dinas Sosial Kota Surabaya. Pameran ini merupakan hasil sinergi dengan beberapa hotel bernama Accor Hotel East Java Region.

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini ketika membuka pameran lukisan mengapresiasi pihak Accor Hotel dan Mercure yang telah memberikan ruang bagi anak-anak berkebutuhan khusus dan anak jalanan untuk memamerkan hasil karyanya.

“Kami sangat berterima kasih. Saya berharap, ke depan nya akan ada lebih banyak yang peduli pada anak-anak ini,” ujarnya.

Menurut Wali Kota Risma, anak-anak berkebutuhan khusus dan anak-anak jalanan yang dibina Pemkot di Liponsos Kalijudan dan Kampung Anak Negeri memiliki bakat di banyak bidang.

Seperti bakat melukis, bermain musik, menyanyi, pembawa acara, hingga olahraga. Oleh Dinsos Kota Surabaya, bakat mereka kemudian diarahkan dan dipoles.

“Kita mungkin menganggap mereka punya kekurangan. Itu karena kita tidak tahu. Padahal, mereka punya kelebihan yang bahkan melebihi orang normal,” sambung wali kota yang punya seorang cucu ini.

Dengan adanya pameran ini, Wali Kota Risma berharap agar anak-anak berkebutuhan khusus dan anak jalanan dapat membentuk kepribadian secara baik sehingga mampu melanjutkan kehidupan di masa mendatang secara mandiri.

“Dulunya nggak bisa apa-apa, tapi sekarang mereka bisa menjadi anak yang berguna bagi sesamanya,” tegasnya.

Usai melakukan sambutan, wali kota kelahiran Kediri secara simbolis membuka beberapa lukisan yang terbungkus kertas karya anak jalanan dan anak berkebutuhan khusus.

Tampak raut wajah sumringah dari wali kota perempuan pertama di Surabaya ini. “Bagus lukisannya, ini siapa yang lukis. Kalau ada yang mau beli, nanti saya tandatangani,” ucapnya.

Kepala Dinas Sosial Surabaya, Supomo menambahkan, kegiatan ini tidak sekadar pameran lukisan. Tetapi ada pesan yang tersirat. Masyarakat tidak hanya melihat karya lukisan dari anak-anak berjalan seperti Neneng, Bintang, Siti atau Joshua dan lainnya. Tetapi, ada pesan lebih dari itu.

“Jadi ini bukan hanya bertujuan pameran dan menjual lukisan. Tapi kita juga menunjukkan bahwa Pemkot Surabaya serius dalam menangani anak-anak ini. Serta, agar publik tahu bahwa anak-anak ini punya kemampuan istimewa,” ujarnya.

Keseriusan Pemkot membina serta mendampingi anak-anak berekebutuhan khusus membuahkan hasil. Tiga anak penderita tunawicara dan tunagrahita telah bekerja di hotel mercure. Masing-masing dari mereka bekerja di bagian public area dan laundry selama kurang lebih 1,5 tahun. (ita)