Hingga semester 1 tahun 2019, SKK Migas melaporkan realisasi operasional lifting migas nasional mencapai 1,8 juta boepd (barrel oil ekuivalen per day).
Laporan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan lifting migas hingga akhir Juni 2019 sudah mencapai 90% dari target lifting nasional.
“Rinciannya lifting minyak 752 ribu bopd (barrel oil per day) atau 97% dari target APBN, sementara lifting gas 1,05 juta boepd atau 86% dari target APBN,” papar Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi, di Jakarta, Kamis (11/7).
Realisasi lifting memang masih belum mencapai target mengingat kemampuan cadangannya, namun Agung menyebut capaian ini telah didorong upaya optimalisasi serta pengembangan baru melalui pengeboran sumur baru, onstream proyek baru, dan pemeliharaan yang optimal.
“Khusus untuk minyak, decline rate-nya bahkan dapat diminimalkan hingga 3%. Ini prestasi mengingat secara umum, decline rate alamiah rata-rata pada kisaran 15-20% untuk mayoritas lapangan mature di Indonesia,” ungkapnya.
Di Semester II 2019, diharapkan akan mulai onstream lapangan YY-ONWJ, Panen-Jabung, dan Kedung Keris-Cepu.
“Ini yang akan memberikan tambahan produksi minyak secara total sekitar 10.000 bopd, mulai Kuartal IV 2019, juga dari Blok Merangin II, dengan tambahan produksi sekitar 1.500 bopd dari produksi eksisting di awal tahun 2019,” papar Agung.
Untuk gas, penyerapan oleh buyer cukup menentukan salah satunya cargo LNG di Bontang belum terserap maksimal. Beberapa sumur pengembangan baru, antara lain di Mahakam dan Pangkah, juga masih belum memberikan output produksi yang optimal.
Diharapkan, pengeboran sumur baru di Semester II 2019 akan meningkat seiring dengan estimasi kebutuhan energi yang lebih besar di Semester II 2019.
Sampai akhir Semester I, proyek Gas di TSB Phase 2 dan Seng Segat juga sudah onstream dengan tambahan produksi total 220 mmscfd yang diserap oleh buyer domestik.
“Diharapkan dapat lebih optimal di Semester II 2019. (Lifting gas) Ini juga akan bertambah karena masih ada 6 proyek GAS hingga akhir 2019, dengan estimasi tambahan 280 mmscfd di semester II,” terang Agung.
Ia mengungkapkan, SKK Migas bersama KKKS terus berupaya melaksanakan program pengembangan yang berkelanjutan, juga melaksanakan eksplorasi untuk menemukan cadangan migas baru.
Lebih lanjut Agung menerangkan, hingga semester 1 2019 ini, 75% lifting minyak nasional disumbang oleh 5 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) besar di Indonesia dengan rincian sebagai berikut:
1. CPI : 194 ribu bopd
2. EMCL : 220 ribu bopd
3. Pertamina EP : 80 ribu bopd
4. PHM : 37 ribu bopd
5. PHE OSES : 29 ribu bopd
Sementara 65% dari total lifting gas nasional disumbang oleh KKKS berikut:
1. BP Tangguh : 971 mmscfd (174 ribu boepd)
2. COPHI Grissik : 827 mmscfd (148 ribu boepd)
3. Pertamina EP : 768 mmscfd (137 ribu boepd)
4. PHM : 662 mmscf (118 ribu boepd)
5. ENI Muara Bakau : 589 mmscfd (105 ribu boepd). (sak)