Kini nelayan tak perlu lagi khawatir tak memperoleh ikan, pasalnya telah ditemukan inovasi teknologi yang akan membantu nelayan memikat ikan. Adalah Agus Cahyadi Peneliti Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) penemu teknologi pemikat ikan yang ia namai LEDikan.
LEDikan adalah lampu LED dengan desain dan spesifikasi khusus yang digunakan untuk membantu nelayan memperoleh ikan.
”Saya ciptakan alat ini untuk bisa membantu nelayan memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak, penemuan alat ini sudah dari tahun 2013 dan sudah mulai diproduksi masal sejak 2016 lalu,” ungkap Agus.
Meskipun sederhana, inovasi penemuan Agus sangat aplikatif dan bermanfaat bagi nelayan. Faktanya menunjukkan nelayan yang menggunakan lampu LEDikan mampu meningkatkan hasil tangkapannya hingga 5 kali lipat.
Biasanya LEDikan di pasang di bawah air di bagan atau rumpon milik nelayan, gunanya untuk menarik ikan datang.
”Spektrum cahaya yang dihasilkan dari lampu LED ini dapat menarik plankton, plankton – plankton tersebut akan mengundang ikan kecil untuk datang, kemudian ikan yang berukuran besar datang untuk memakan kumpulan ikan kecil tersebut, sehingga terjadilah rantai makanan dan scholing (kumpulan) ikan di sekitar bagan/rumpon yang kemudian masuk ke dalam jaring nelayan,” papar Agus menerangkan prinsip kerja alatnya.
Dengan bantuan LEDikan ini nelayan bisa memperoleh hasil tangkapan 5 kali lebih banyak. ”Kalau biasanya nelayan memperoleh 100 kg untuk bagan ukuran 8,5 x 8,5 meter untuk sekali angkat, dengan penngunaan LEDikan jumlahnya bisa menjadi 500 kg, bahkan kalau sedang melimpah ikannya bisa sampai 1 ton, hasil tangkapannya,” terang Agus.
Keunggulan LEDikan
Dibandingkan dengan lampu biasa yang umumnya digunakan nelayan untuk menangkap ikan, LEDikan memiliki beberapa keunggulan.
Agus mengurai beberapa kelebihan alat LEDikan ini, diantaranya alat ini menggunakan bahan yang renewable sehingga bisa berkali kali lebih hemat ketimbang lampu biasa. Alat ini juga lebih terang, dengan spektrum cahaya RGB yang dirancang khusus disesuaikan dengan target ikan tangkapan.
Alat ini penggunaannya bisa dicelupkan ke bawah air, dan panas lampu tidak membuat ikan menjauh, justru sebaliknya dapat menarik ikan datang. Alat ini portable memudahkan operasi penangkapan di laut. Serta alat ini aman digunakan bagi nelayan tidak mengeluarkan percikan api atau konslet.
”LEDikan juga awet dibandingkan lampu biasa, umur pakainya bisa sampai 5 tahun, kalau lampu biasa yang dipakai paling dalam hitungan minggu sudah putus karena kena angin dan terlalu panas, penggunaannya juga tidak bisa di pakai untuk di bawah air, sehingga menyulitkan nelayan, kalau LEDikan bisa dipakai di bawah air dan aman untuk nelayan,” kata Agus meyakinkan.
Peneliti yang telah menerima 25 paten ini menginformasikan, kalau LEDikan sudah memperoleh paten dan diproduksi massal. Saat ini paling tidak sudah ada 300 alat LEDikan yang digunakan oleh 300 nelayan di seluruh berbagai daerah seperti di Wakatobi, Sulawesi Selatan, Karimun Jawa, Pangandaran, dan lainnya.
LEDikan ini sudah mulai dipasarkan sejak 2016 lalu, dibandrol dengan harga Rp 8,5 juta untuk ukuran 15 x 20 cm dengan daya 145 watt diperuntukan bagi bagan ukuran 8,5 m x 8,5 m.
”Awalnya kami menargetkan untuk nelayan tradisional dengan bagan ukuran 8,5 m x 8,5 m, penggunaannya cukup satu per bagan, dan bisa tahan hingga 5 tahun.
”Tapi saat ini kami juga menerima pesanan untuk ukuran yang lebih besar untuk nelayan skala besar dengan ukuran bagan 16 x 16 m, namun kami buat LEDikan yang lebih besar ukuran 30 x 40 cm dan daya nya sekitar 400 watt, harganya juga dua kali lipat dari yang kecil,” terang Agus.
Hal ini dilakukan agar semakin banyak nelayan yang dapat menggunakan hasil karya teknologi buatannya, baik nelayan kecil maupun nelayan besar.
Penghargaan
Ia berharap dengan teknologi LEDikan yang ia ciptakan mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan melalui peningkatan produktivitas tangkapannya. Kontribusi nyata yang Agus Cahyadi lakukan, diapresiasi penghargaan dari Kementerian Ristek Dikti, yang akan disampaikan dalam ajang Harteknas di Makasar 10 Agustus mendatang.
“Saya sebelumnya memang telah mengikuti program Inovasi Bisnis Teknologi (IBT) dari Kementerian Riset Dikti 2013 lalu, waktu itu saya ikut dan memperoleh bantuan dana penelitian selama 2 tahun dari 2013 – 2015, selama masa inkubasi tersebut didorong untuk mendesain alat agar mampu diproduksi masal dan aplikatif di masyarakat, serta memiliki nilai ekonomi yang baik,” terang Agus.
Akhirnya pada tahun 2016, alat tersebut sudah berhasil diperbanyak dan dibuat massal untuk selanjutnya dijual secara komersil. Agus mengaku, hingga tulisan ini diangkat sudah ada 100 alat yang ia berhasil jual secara komersil.
”Total saya sudah buat 300 alat dan digunakan 300 nelayan, cuma yang dijual secara komersil baru 100 alat, kedepan akan kita produksi lebih banyak lagi sesuai dengan permintaan nelayan yang meningkat,” ucap Agus optimis.
Ia berharap dengan inovasi ciptaannya ini, mampu mendorong peningkatan kesejahteraan nelayan. Seiring dengan peningkatan jumlah tangkapan nelayan.
”Kalau hasil tangkapan nelayan banyak, otomatis kan kesejahteraannya juga meningkat,” kata Agus berharap. Ia juga menginformasikan kalau saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya menghasilkan inovasi teknologi yang aplikatif bagi nelayan maupun pelaku perikanan lainnya.
Tak hanya LEDikan tapi masih banyak penemuan lain yang diciptakan oleh para peneliti KKP, misalnya juga polibag kantong rumput laut, pancing gurita, aerator dua lapis dan lainnya. (sak)