Upaya Pemprov Jawa Timur memperluas akses UMKM menuju pasar global melalui sistem Communal Branding membuahkan hasil membanggakan.
Produk kopi dengan merk ‘Javeast Coffee’ yang merupakan hasil communal branding berhasil dilepas ekspor perdana ke Mesir pada Rabu, (26/10). Total sebanyak 200 ton kopi Jatim dengan merek Javeast Coffee dengan nilai Rp 6,2 miliar secara bertahap dikirim ke Mesir.
“Alhamdulillah Provinsi Jawa Timur sudah mengawali ekspor perdana merek dagang kopi hasil Communal Branding ini ke pasar luar negeri yakni Mesir. Ke depan, upaya communal branding ini akan terus diperluas tidak hanya di sektor pertanian tapi juga sektor-sektor lainnya,” kata Gubernur Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Senin (31/10).
Sebagaimana diketahui communal branding adalah perwujudan program Jatim Berdaya, yang merupakan salah satu program pokok pembangunan Jatim dalam Nawa Bhakti Satya.
Dimana sistem communal branding merupakan program satu merek yang dimanfaatkan oleh banyak pelaku usaha. Program ini menjadi solusi untuk meningkatkan product managemen, consumen managemen dan brand managemen.
Sedangkan untuk ‘Javeast Coffee’ ini merupakan merek dagang yang digunakan untuk memasarkan hasil kopi petani dari tiga kabupaten. Yaitu Desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Desa Wonosalam, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, serta Desa Kare, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun.
Khofifah mengatakan, selama ini upaya untuk mengagregasi produk-produk koperasi dan UKM dari sektor pertanian sering mengalami kendala saat menghadapi permintaan pasar yang fluktuatif. Apalagi terkait dengan produksinya.
Upaya-upaya lain dari sisi market juga sudah dilakukan, tetapi sangat terbatas pada komunitas kecil. Sehingga jumlahnya sangat banyak dan bervariasi, sehingga kurang kompetitif untuk pasar ekspor yang membutuhkan kapasitas besar.
Untuk itu, upaya communal branding pada sektor pertanian ini menjadi solusi dalam menjawab 4K yang selama ini menjadi kendala koperasi dan UKM, yakni kualitas, kuantitas, kontinyuitas, dan kemasan.
“Skema communal branding ini menjadi terobosan baru dari Pemprov Jatim untuk menjawab masalah kontinyuitas produk jika bersentuhan dengan pasar luar negeri, karena stok produk akan ditopang oleh lebih dari satu pelaku usaha,” katanya.
Menurutnya, skema communal branding ini dapat mendorong terwujudnya desa devisa dengan memprioritaskan wilayah yang memiliki produk unggulan sejenis, atau produk complementer. Sehingga dapat saling memperkuat dan menguatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ke depan, ia pun optimis pengembangan skema communal branding ini bisa dikembangkan sektor-sektor lainnya seperti industri pengecoran dan kerajinan logam serta kerajinan kayu. Contohnya seperti terakota, gerabah, dan produk lukisan.
“Untuk perdana masih komoditas kopi, tapi selanjutnya akan dikembangkan untuk komoditas lain seperti produk perikanan, perkebunan, bahkan fashion hingga produk kuliner,” katanya. (ita)