Kopi Indonesia Berjaya di Seattle AS
CANGKIR KOPI EKONOMI BISNIS PERISTIWA

Kopi Indonesia Berjaya di Seattle AS

Kopi premium Indonesia berhasil mencatatkan transaksi potensial senilai USD 25 juta pada pameran Global Specialty Coffee Expo (GSCE) 2018 di Seattle, Amerika Serikat (AS).

Kopi premium unggulan Indonesia telah mencuri perhatian dunia dalam pameran kopi terbesar di Amerika Utara ini, yang berlangsung pada 19–22 April 2018 di Washington State Convention Center, Seattle.

Atase Perdagangan Washington DC Reza Pahlevi menuturkan paviliun Indonesia berhasil mencatatkan transaksi potensial USD 25 juta pada pameran ini. Peningkatan tren kalangan pencinta kopi di AS dapat dimanfaatkan sebagai peluang mempromosikan kopi premium Indonesia.

“Pemerintah Indonesia bersinergi dengan para produsen kopi Indonesia untuk terus berupaya mempromosikan berbagai varian kopi unggulan tanah air,” kata Reza Pahlevi.

Pada GSCE kali ini, Paviliun Indonesia menampilkan cita rasa kopi unggulan dari berbagai daerah di Indonesia. Kopi-kopi tersebut antara lain sumatra gayo, sumatra simalungun, lampung robusta, liberica tungkal jambi, java preanger, java ijen raung, java sindoro, bali kintamani, flores bajawa, sulawesi toraja arabica, kalosi arabica enrekang, papua wamena, dan lain-lain.

Tidak hanya itu, ragam kopi yang dikeringkan dengan metode giling basah, honey, dan natural juga ditampilkan. Perbedaan metode ini memperkaya cita rasa kopi yang dipamerkan, sehingga membuat para pengunjung semakin tertarik untuk mengenal lebih dekat kopi Indonesia.

Paviliun Indonesia yang menempati area Hall 4A merupakan wujud dari sinergi antara KBRI Washington DC melalui Atase Perdagangan dan Atase Pertanian, KJRI San Francisco, ITPC Los Angeles, dan ITPC Chicago.

Potensi pasar kopi di AS, menurut Reza, masih terbuka lebar. Jika pada tahun 2016 impor kopi AS bernilai USD 5,6 miliar, maka pada tahun 2017 impornya meningkat sebesar 10% menjadi USD 6,1 miliar. Saat ini Indonesia berada di urutan keenam negara pengekspor kopi ke AS dengan pangsa pasar 5,05%.

Reza mencatat, ekspor kopi Indonesia ke AS mencapai USD 312 juta di tahun 2017. Nilai ini meningkat dari tahun 2016 yang jumlahnya USD 304 juta. Hal tersebut menggembirakan bagi Indonesia. Karena, pada periode yang sama beberapa negara utama eksportir kopi ke AS seperti Brasil dan Peru justru mencatatkan penurunan ekspor.

Indonesia sebagai negara pengekspor kopi peringkat keempat dunia memiliki reputasi yang sangat baik di kalangan para pencinta kopi premium di seluruh dunia.

“Momentum peningkatan ekspor kopi Indonesia ke pasar AS harus dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha kopi di Indonesia untuk semakin memperkenalkan berbagai varian kopi premium Indonesia,” kata Reza.

AS merupakan pangsa pasar yang sangat atraktif bagi para eksportir kopi di seluruh dunia. Departemen Pertanian AS (USDA), memprediksi tingkat konsumsi kopi AS akan menyentuh angka 1,55 juta ton di tahun 2018, menjadikan AS berada pada peringkat kedua dunia setelah Uni Eropa untuk tingkat importasi kopi.

Pameran kopi premium GSCE kali ini diikuti 422 peserta pameran yang berasal dari 41 negara. Pameran ini merupakan rujukan bagi para penikmat kopi dunia untuk mengetahui tren maupun informasi terkini mengenai kopi premium.

Pameran dikunjungi oleh lebih dari 13 ribu pengunjung, dan hampir setengahnya merupakan buyer internasional. Pada GSCE tahun lalu, tercatat 79% buyer yang datang adalah para pengambil keputusan atau orang yang berwenang memberikan rekomendasi pembelian di perusahaan masing-masing, sehingga pameran kopi ini menjadi sangat prospektif.

Sebelum pelaksanaan pameran kali ini, Atdag Washington DC juga telah menggelar ‘Ngopi Sore’ pada 13 April 2018 di KBRI Washington DC. Acara ini memperkenalkan kopi premium sebagai bagian dari gaya hidup dan budaya masyarakat Indonesia melalui sesi coffee cupping dan pemutaran film.

“Sinergi promosi Pemerintah dan swasta untuk mengembangkan kopi Indonesia akan terus dijaga agar publik AS semakin tahu banyaknya ragam cita rasa kopi Indonesia. Promosi dan branding kopi Indonesia harus terus dilakukan secara konsisten, juga dalam diplomasi dengan Pemerintah AS,” ujar Reza. (sak)