Kisah Anggota Pasukan Perdamaian PBB
KOMUNITAS PERISTIWA

Kisah Anggota Pasukan Perdamaian PBB

Enam personel jajaran Polda Jawa Timur berhasil menyelesaikan misi sebagai pasukan perdamaian di bawah komando United Nation (UN) PBB yang ditugaskan di daerah konflik di negara Sudan, Afrika. Mereka bertugas setahun sejak 20 Januari 2017 hingga 28 Januari 2018 lalu.

Keenam anggota itu, yakni Iptu Slamet Sucahyo, Waka Subden B Pelopor Satbrimob Polda Jatim, Bripka Teguh Wahyu Sarjono, anggota Satlantas Polres Mojokerto, dan Bripka Yuda Julianto, Bintara SPN Polda Jatim.

Selain itu ada pula Brigadir Tri Pepri, Bintara Intel Polres Banyuwangi, Brigadir Firman Ringga, Bintara Unit Provos Detasemen Satbrimob Polda Jatim, dan Brigadir Dimas Bagus, Bintara Intelkam Polda Jatim.

Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera ketika memperkenalkan enam anggota Polda Jatim tersebut menjelaskan, mereka bertugas didaerah konflik, namun masih dalam tugas-tugas kepolisian.

“Seperti tugas tugas Babinkamtibmas. Mereka masuk ke masyarakat, kemudian mereka bertugas di sana, dengan didampingi oleh juga pasukan dari United Nations,” katanya, Kamis (15/2) seperti dikutip Jatim News Room.

Ia menjelaskan, enam anggota itu bertugas bersama dengan pasukan dari negara negara lain, yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB. “Mereka bergabung bersama untuk tujuan kemanusiaan yang ada di Sudan, setelah menjalani seleksi ketat,” jelasnya.

Untuk dapat menjadi pasukan perdamaian, kata dia, anggota wajib mengikuti seleksi bahasa Inggris, seleksi kesehatan, seleksi jasmani, dan psikologi.

Sementara itu, Iptu Slamet Subagyo dalam misi ini menjadi Komandan Regu 1 Bravo mengakui, ada banyak tantangan ketika bertugas di negara orang, salah satunya adalah cuaca. “Cuaca sudah pasti, karena kita pernah mengalami tertinggi 50 derajat celcius, terus terendah 4 derajat celcius,” cerita Subagyo.

Suasana berbeda dengan Indonesia yang beriklim tropis, salah satu cara untuk mengatasi iklim ekstrim tersebut adalah dengan rajin berolahraga. Kapanpun, dimanapun. “Tentunya kita pandai-pandai, rajin olahraga, ada kesempatan, kita gunakan untuk olahraga,” tambahnya.

Selamat dari Perompak Sudan
Berbagai pengalaman dirasakan oleh pasukan garuda dari Indonesia yang menjadi pasukan perdamaian di bawah naungan United Nations atau PBB. Hal yang paling menakutkan pun dialami Brigadir Tri Pepri saat bertugas di negara konflik Sudan.

Belum genap dua minggu bertugas di Sudan, Pepri sudah menjalani kegiatan operasi rutin yakni berkeliling menggunakan mobil bersama empat anggota lain yang juga dari Indonesia. Saat itu pagi masih buta. Jam menunjukkan pukul 05.00 waktu Sudan dan waktu Subuh pukul 07.00 masih cukup lama.

Ia melintasi gurun pasir di Kota Elfasher. Suasana gelap membuat Bintara Intel Polres Banyuwangi itu sedikit sulit melihat medan jalan di gurun tersebut. Namun tak begitu jauh dari arah belakang mobil yang ia kendarai tampak mobil lain yang mengikuti.

Dari arah depan tak jauh pula tampak mobil yang juga mengarah padanya. Seketika itu mobil yang dikendarai pasukan Indonesia itu berhenti untuk mencari tahu siapa dan apa maksud dari dua kendaraan yang menyergap mereka.

Dengan jarak sekitar 20 meter, Brigadir Tri Pepri melihat jelas warga Sudan yang diduga perompak dari kelompok sparatis itu menodongkan senjata api yang telah dikokang dan siap ditembakkan.

Seketika Brigadir Tri Pepri dengan percaya diri menyapa pria Sudan bersenjata api itu. “Assalamualaikum,” sapa Pepri. Namun ketika tak dijawab, ia mengulangi salamnya. “Assalamualaikum, Ana Min Indonesia (Saya dari Indonesia),” ucapnya mengulang beberapa kali.

Seketika itu pula kelompok perompak itu terdiam dan tanpa kata langsung pergi meninggalkan Brigadir Tri Pepri bersama empat rekannya. Ia berpikir, pasukan perdamaian Indonesia cukup disegani karena misi kemanusiaan yang kerap dilakukan di Sudan banyak menolong warga setempat.

“Mungkin karena hubungan diplomatik Indonesia dan Sudan cukup baik. Pasukan dari Indonesia juga banyak membantu masyarakat di Sudan di base camp tempat pemulihan trauma pasca perang. Hal itu yang akhirnya membuat pasukan Indonesia tidak lebih disegani oleh masyarakat di Sudan,” ungkapnya.

Pengalaman itu menjadi pengalaman pertamanya menjadi bagian dari pasukan garuda mewakili Polri. Dalam waktu dekat, Brigadir Tri Pepri mengaku akan kembali mengikuti tes untuk bisa kembali berangkat menjadi pasukan perdamaian.

Saya pribadi sangat bangga dan senang bisa menjadi bagian dari pasukan perdamaian bersama ratusan negara lain di Sudan. Selanjutnya saya ingin ikut tes dan semoga bisa berangkat lagi. Kali ini saya ingin ke Sudan Selatan,” tukasnya. (jnr)