Kepala BNPB: Masih Ada Cuaca Ekstrem
KOMUNITAS PERISTIWA

Kepala BNPB: Masih Ada Cuaca Ekstrem

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengimbau masyarakat yang berada berada di tempat relatif rendah atau dulu pernah menjadi kawasan penimbunan harus terus diwaspadai karena air akan kembali mencari tempat semula.

“Untuk yang tinggal dekat daerah aliran sungai (DAS) diusahakan jangan ada di rumah dan mengikuti arahan tim evakuasi untuk mengungsi di posko yang telah tersedia,” kata Doni kepada wartawan usai memimpin Rapat Koordinasi Penanganan Dampak Banjir Jabodetabek di Ruang Rapat Lt.15, Gedung Graha BNPB, Jakarta Timur, Kamis (2/1) siang.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala BNPB menanggapi peringatan yang disampaikan Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dalam rapat tersebut, yang menjelaskan analisis BMKG bahwa 5-10 Januari 2020 akan masuk aliran udara basah dari arah Samudera Hindia sebelah barat pulau Sumatera di sepanjang ekuator.

Kondisi berdampak meningkatnya intensitas curah hujan menjadi lebih ekstrem, sehingga masih akan berpotensi hujan ekstrem di wilayah Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi sampai Lampung, termasuk Jawa, tentunya Jabodetabek.

Kemudian aliran masih berjalan pada tanggal 10-15 Januari 2020 akan bergerak ke Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Fenomena ini, menurut Dwikorita, dapat meningkatkan kembali intensitas curah hujan dan merupakan siklus, yang diprediksi terjadi lagi di akhir Januari sampai awal Februari (jangka waktu sekitar 3-5 hari) dan akan terulang lagi pada pertengahan Februari.

“Siklus ini perlu diantisipasi sejak dini dan dipersiapkan mitigasinya,” ungkap Dwikorita.

Terkait hal itu, Kepala BNPB Doni Monardo mengharapkan ketegasan para pemimpin daerah dalam mengingatkan masyarakat untuk mengungsi, melihat prediksi cuaca ekstrem yang masih akan terus terjadi hingga pertengahan Februari 2020.

“Sangat diharapakan ketegasan para pemimpin daerah untuk mengingatkan masyarakat. Harta penting tetapi nyawa lebih penting,” pinta Doni.

Belajar dari pengalaman di Konawe Utara, Doni meminta Bupati dan Kepala Dinas, Camat serta Kepala Desa memaksa penduduknya untuk evakuasi dan mengungsi sementara sehingga ketika air hujan dan air bah datang, rumah mereka hanyut terbawa arus namun korban tidak ada.

Tidak hanya pemimpin daerah, Doni juga menegaskan bahwa merupakan tugas untuk terus mengingatkan masyarakat melalui pemberitaan, termasuk mengikuti perkembangan informasi cuaca dari BMKG.

Sebagai tindak lanjut Rapat Koordinasi Penanganan Bencana banjir Jabodetabek pagi ini di BNPB yaitu agar semua pihak berkoordinasi dan saling bersinergi.

BNPB melakukan sinkronisasi dan validasi data korban bencana banjir. Data dikumpulkan oleh BNPB dari Pusat Krisis Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, BPBD, TNI, POLRI, dan sumber lainnya.

Sampai dengan pukul 21.00 WIB jumlah korban meninggal akibat banjir adalah 30 orang. Korban Meninggal 30 Orang Data BNPB menunjukkan, sampai dengan Kamis (2/2) pukul 21.00 WIB jumlah korban meninggal akibat banjir di Jabodetabek adalah 30 orang.

Korban meninggal terbanyak berada di Kabupaten Bogor 11 orang, kemudian Jakarta Timur 7 orang, Kota Bekasi dan Kota Depok masing-masing 3 orang, dan masing-masing 1 orang untuk Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor dan Kota Tangerang.

Sedang dari penyebabnya, 17 orang meninggal karena terseret arus banjir, 5 orang tertimbun longsor, 5 orang tersengat listrik dan 3 orang hipotermia. (sak)