Kasus Cacar Monyet Melonjak
KESEHATAN PERISTIWA

Kasus Cacar Monyet Melonjak

Penyakit cacar monyet atau monkeypox (mpox) kini muncul menjadi perhatian nasional. Menurut catatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, terdapat 17 kasus cacar monyet yang terjadi di DKI Jakarta hingga 28 Oktober 2023. Padahal tiga hari sebelumnya, kasus cacar monyet yang tercatat baru 15 kasus.

Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi, Dinas Kesehatan, DKI Jakarta, Ngabila Salama, menyatakan setidaknya 14 kasus di antaranya berstatus aktif yang diderita pasien laki-laki usia 25–35 tahun dan menjalani isolasi di rumah. “Positivity rate PCR 44%, semua bergejala ringan, semua tertular dari kontak seksual,” kata Ngabila dalam pernyataan pers, Kamis (26/10).

Data Dinas Kesehatan DKI menyebutkan, kasus cacar monyet di Jakarta terdeteksi setidaknya enam wilayah, yaitu Jatinegara, Mampang, Kebayoran Lama, Setiabudi, Grogol dan Kembangan.

Kasus ini pun diprediksi sudah menyebar ke daerah lain, termasuk Tangerang, Banten. Seluruh pasien terkonfirmasi adalah laki-laki usia produktif. Salah satu pasien positif merupakan hasil dari kontak erat seksual dengan pasien positif lainnya.

Pemerintah telah melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit cacar monyet, seperti melakukan pelacakan kontak erat, pemeriksaan laboratorium, isolasi dan perawatan pasien, serta vaksinasi bagi orang-orang yang berisiko tinggi tertular. Vaksinasi cacar monyet gratis dan menggunakan vaksin yang sama dengan vaksin cacar air.

“Kami juga mengakan pelaporan real time melalui aplikasi New All Record (NAR) yang dipakai waktu Covid-19 dan membuat laporan ke WHO (Badan Kesehatan Dunia),” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu, dalam konferensi pers secara daring, Kamis (26/10).

Prioritas Vaksinasi
Selain itu, Kemenkes segera melaksanakan proses vaksinasi. Vaksinasi awal untuk 500 orang kelompok berisiko di Jakarta, dijadwalkan di pekan terakhir Oktober 2023.

Dalam keterangan tertulisnya, Kemenkes menyiapkan 1.000 dosis dengan dua dosis vaksin per orang secara bertahap. Vaksin diberikan 1 orang 2 dosis, selang 4 minggu.

Dari data yang ada, saat ini sebanyak 157 orang dari target 495 orang kelompok berisiko, telah disuntikkan vaksinasi cacar monyet. Pelaksanaan vaksinasi umumnya dilakukan puskesmas kecamatan setiap hari dengan pemantauan gejala kepada kontak erat kasus.

Apabila menampakkan gejala, segera dilakukan pemeriksaan laboratorium. Ini untuk memutus mata rantai penularan. Setiap kasus positif langsung diisolasi di rumah sakit, walaupun kasusnya ringan.

Untuk vaksinasi prioritas ini, terutama bagi kelompok LSL (lelaki seks lelaki) atau homoseks dan pernah kontak seks dua pekan terakhir. Pemeriksaan sasaran pertama itu sudah dimulai 23 Oktober 2023.

Penderita yang terjangkit cacar monyet ini semuanya adalah lelaki dengan orientasi penyuka sesama jenis sebanyak 12 orang (86%), seorang pria normal dan seorang pria dengan orientasi biseksual.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memang pernah menyatakan sebanyak 98% kasus cacar monyet di dunia dialami homoseksual. Namun, Tedros tetap mengingatkan penyakit tersebut bisa menginfeksi siapa saja.

WHO merekomendasikan agar negara-negara mengambil tindakan untuk mengurangi risiko penularan ke kelompok rentan lainnya, termasuk anak-anak, ibu hamil, dan mereka yang mengalami imunosupresi.

Riwayat Cacar Monyet
Penyakit menular cacar monyet pertama kali ditemukan pada 1958 di Republik Demokratik Kongo pada monyet untuk penelitian. Selanjutnya, pada 1970, cacar monyet baru ditemukan berjangkit pada manusia di Kongo dan Sudan. Penyakit ini menyebar melalui kontak manusia dengan hewan yang terinfeksi, seperti monyet, tupai, atau tikus.

Sejak itu, cacar monyet telah muncul di beberapa negara Afrika, seperti Nigeria, Liberia, Sierra Leone, Kamerun, dan Republik Afrika Tengah. Pada 2003, terjadi wabah cacar monyet di Amerika Serikat. Saat itu para ahli menduga hal itu disebabkan tikus Afrika yang diimpor sebagai hewan peliharaan.

Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), ada 1.472 kasus monkeypox yang dikonfirmasi di 33 negara per 10 Juni 2022. Negara yang terjangkit antara lain mulai dari Inggris Raya, Spanyol, Portugal, Jerman, Kanada, Prancis, Belanda, Ameriksa Serikat, Uni Emirat Arab (UEA), Hongaria, Malta, Meksiko, Maroko, Polandia, hingga Indonesia.

Kementerian Kesehatan sendiri mencatat, di Indonesia sendiri kasus cacar monyet ditemukan pertama kali pada Agustus 2022 di Jakarta. Penderita tersebut dikabarkan kini telah sembuh, sementara kasus lainnya masih dalam penanganan.

Gejala
Cacar monyet dapat menimbulkan gejala cukup beragam, mirip dengan penyakit cacar manusia, biasanya meliputi demam, batuk dan Pilek, ruam, sakit Kepala dan rasa lelah.

Perlu diingat bahwa gejala awal cacar monyet ini mirip dengan banyak penyakit lain, seperti flu atau cacar manusia. Oleh karena itu, jika mengalami gejala-gejala ini, sangat penting untuk mencari perawatan medis segera. Sangat penting juga mengetahui tentang riwayat kontak dengan primata atau area terjangkit cacar monyet.

Penyebab
Cacar monyet disebabkan oleh virus monkeypox, yaitu virus yang termasuk dalam kelompok Orthopoxvirus. Virus ini awalnya menular dari hewan ke manusia melalui cakaran atau gigitan hewan, seperti tupai, monyet atau tikus, yang terinfeksi virus monkeypox. Penularan virus monkeypox juga dapat terjadi lewat kontak langsung dengan cairan tubuh manusia atau hewan yang terinfeksi.

Pengobatan

Para ahli kesehatan hingga kini belum menemukan obat yang khusus menangani cacar monyet. Penyakit ini biasanya sembuh dengan sendirinya dalam 2–4 minggu, tergantung pada kondisi tubuh penderita.

Namun dengan pendekatan perawatan suportif dan tindakan pencegahan yang tepat, dapat membantu mengurangi risiko komplikasi dan penularan. CDC Amerika Serikat menyebutkan para ahli terus berusaha menjinakkan cacar monyet, antara lain dengan mengembangkan vaksin yang disebut Jynneos. Vaksin ini tercatat pernah mengatasi penyakit sejenis cacar lainnya pada 1980.

Untuk itu, beberapa hal yang dapat diusahakan antara lain:
– Banyak minum air putih untuk menjaga hidrasi tubuh.
– Minum obat antibiotik yang diresepkan dokter untuk mencegah infeksi sekunder di kulit.
– Minum obat penghilang rasa sakit atau penurun demam untuk mengurangi nyeri dan demam.
– Jangan menggaruk atau memecahkan ruam kulit karena dapat meningkatkan risiko infeksi dan bekas luka.
– Gunakan sarung tangan dan masker saat merawat orang yang terinfeksi cacar monyet. (indonesia.go.id)