Jangan sepelekan sampah dari tanaman enceng gondok yang kerap menggunung di sungai sebagai tanaman tidak berarti. Di tangan Julita Joylita Wahyu Mumpuni mampu mendatangkan dollar baginya.
Padahal sebelumnya, Julita terheran-heran dengan enceng gondok (eichhornia crassipers) yang berjajar rapat dan subur memenuhi sungai Kebraon yang tidak jauh dari rumahnya. Suatu saat Julita tertarik mengambil batang enceng gondok untuk dibawa pulang dan dikeringkan di tahun 1997 lalu.
Meski tak memiliki keterampilan menganyam, perempuan 41 tahun itu mencoba-coba membuat anyaman sebisanya. Hasilnya, taplak meja dan tikar berhasil diciptakan. Penasaran, Julita selalu mengambil batang enceng gondok untuk diproduksi menjadi kerajinan. Sebelum dianyam, enceng gondok dipipihkan dan kemudian dikeringkan hingga bisa dijadikan bahan baku kerajinan. Karena seratnya kuat dan rapat.
Awalnya kerajinan itu untuk koleksi pribadinya. Tetapi banyak tetangga yang minat dan tertarik, koleksinya dari enceng gondok itu dijual. Julita makin tertarik mengambil tanaman yang dianggap sebagai pengganggu air sungai yang hanya berjarak 30 meter dari rumahnya itu.
Rupanya promosi dari mulut ke mulut sampai juga pada telinga orang Jepang yang kemudian memesan 10 ribu biji tatakan gelas atau lepek. Meski kaget, Julita mengajak para tetangganya mengerjakan pesanan ini. Sebab, tidak mungkin seorang diri dan keluarganya bisa memenuhi pesanan dari negeri Sakura itu. Pesanan pertama itu bisa dipenuhi dalam waktu 7 hari.
Sejak itu, pesanan mengalir deras ke rumahnya. Baik dari Jawa Timur maupun kota-kota besar seperti Bali, Sumatra dan Sulawesi. Tidak itu saja. Pesanan luar negeri juga ramai berdatangan. Mulai dari Perancis, Brunai, Italia hingga Amerika.
Sekarang ada 400 lebih tenaga kerja yang bermitra dengannya. Seluruhnya ibu rumah tangga yang tesebar di berbagai kecamatan di Surabaya. Omzet terbesar yang pernah diterimanya mencapai Rp 300 juta untuk satu kali order. Jenis kerajinan yang dihasilkan bermacam-macam. Mulai tas jinjing, handycraf, sandal hingga sepatu boot. Sedangkan bahan baku yang dibutuhkan dalam sebulan mencapai 500 kilogram.
Kerajinan yang dihasilkan juga dibrandol bermacam jenis. Paling murah Rp 5 ribu untuk tatakan gelas, tas jinjing berkisar Rp 30-100 ribu. Sedang satu set sofa meja enceng gondok Rp 5 juta. Para mitra kerja rata-rata sebulan mendapat penghasilan Rp 3 juta.
‘’Bekerjanya juga santai di rumahnya sendiri. Dari pada jadi buruh pabrik,’’ katanya di Griya Kebraon Utama D0/20 Surabaya itu. Jangan pernah meremhkan sampah karena bisa dimanfaatkan menjadi dollar. (sak)